Kemandirian ekonomi adalah bentuk baru jihad, yakni menegakkan martabat melalui keberdayaan.
JIHAD ERA DIGITAL
Delapan puluh tahun silam, seruan Resolusi Jihad menggema dari serambi pesantren menegakkan kemerdekaan dengan iman. Kini bentuk perjuangan telah bergeser. Musuh bangsa bukan lagi penjajahan bersenjata, melainkan kemiskinan, kebodohan, dan arus digital yang menggerus nilai.
Jihad hari ini bukan tentang mengangkat senjata, melainkan mengangkat derajat kemanusiaan. Jihad menuntut keberanian berpikir dan kesetiaan pada nilai. Santri masa kini berjihad dengan ilmu, etika, dan kreativitas. Yakni, melawan hoaks dengan literasi, melawan kemiskinan dengan inovasi, dan melawan fanatisme dengan kasih sayang.
Tema Hari Santri 2025, Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia, menjadi panggilan sejarah agar kemerdekaan tak berhenti pada ranah politik an sich, tetapi juga menjelma menjadi kedaulatan ilmu, teknologi, dan kesejahteraan sosial. Santri dituntut hadir sebagai pelaku perubahan yang menebar nilai, bukan sekadar pengingat masa lalu.
Sebagaimana pesan Gus Dur, santri bukan kaum eksklusif yang menjaga dirinya sendiri, melainkan penjaga kemanusiaan universal. Tugas santri tidak mengubah dunia menjadi Islam, tetapi menghadirkan Islam di dunia, yakni dengan menghadirkan kasih sayang, keadilan, dan kemanusiaan dalam setiap ruang kehidupan.
Santri 5.0 hadir tidak untuk mengulang masa lalu, tetapi menulis halaman baru peradaban. Dari pesantren yang sederhana dan dari santri yang bersarung tetapi berpikiran global, jihad itu terus menyala. Santri berjihad dengan ilmu, akhlak, dan kemanusiaan. Selamat Hari Santri, 22 Oktober 2025! (*)
*) Machsus adalah wakil Rektor II Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, alumnus santri pada Pondok Pesantren Al-Hidayah Jengkebuan, Bangkalan, dan kini turut membina Pondok Pesantren Ribath Tahfidz Al-Qur’an Al Fauzi Tolbuk, Bangkalan.