“Nilai oktan rendah membuat pembakaran terjadi lebih cepat dari semestinya. Akibatnya piston lebih cepat aus dan konsumsi bahan bakar meningkat,” terangnya.
Selain faktor teknis mesin, penyebab brebet juga bisa datang dari kondisi bahan bakar di SPBU itu sendiri.
Misalnya, air yang masuk ke tangki SPBU akibat hujan atau kelembapan tinggi berisiko mencampuri bahan bakar.
BACA JUGA:Fitra Eri: Industri Perlu Waktu Adaptasi Sebelum BBM Beretanol Diterapkan
BACA JUGA:Amankah BBM Campur Etanol bagi Mesin? Ini Penjelasan Pengamat Otomotif Fitra Eri
Tangki bawah tanah yang jarang dibersihkan juga dapat meninggalkan endapan dari pengiriman bahan bakar sebelumnya.
Kondisi itu akan membuat motor tersendat saat digas karena kualitas bahas bakar sudah tercemar.
“Air dan endapan di tangki SPBU bisa ikut tersedot ke kendaraan. Akibatnya bahan bakar tercampur air, menyebabkan misfire dan brebet saat akselerasi,” lanjutnya.
Pada kesempatan yang sama, Prof Bambang turut menyoroti bahwa motor injeksi lebih sensitif terhadap variasi kualitas bahan bakar dibanding motor karburator.
Engine Control Unit (ECU) pada motor injeksi perlu menyesuaikan campuran udara dan bahan bakar secara tepat.
“Jika bahan bakar terlalu mudah menguap atau tercampur air, campuran udara-bensin jadi tidak ideal. ECU bisa salah membaca kondisi beban dan udara, sehingga mesin tersendat atau idle tidak stabil,” paparnya.
BACA JUGA:Indonesia Ikuti Jejak Dunia, Pertamina Dorong Pemakaian Etanol di BBM untuk Tekan Emisi
Untuk menghindari masalah tersebut, disarankan bagi para pengguna kendaraan bermotor untuk mengisi BBM di SPBU yang memiliki sirkulasi penjualan tinggi, agar risiko kemungkinan adanya endapan atau air dalam tangki bahan bakar lebih kecil.
Selain itu, penting juga untuk memperhatikan rekomendasi bahan bakar sesuai spesifikasi pabrikan yang telah tercantum di buku manual kendaraan.
“Kalau motor Anda punya kompresi di atas 10:1, sebaiknya gunakan minimal Pertamax. Jangan tunggu mesin brebet baru sadar oktan itu penting,” tutup Prof Bambang dalam keterangannya. (*)