Jika Anda bermobil terjebak di jalan macet, Anda berpikir, haruskah saya mendahului mobil lain, atau saya menunggu giliran? Kita selalu berpikir tentang seberapa jauh memprioritaskan kesejahteraan kita sendiri daripada kesejahteraan orang lain.
Saya, antara lain, meriset sikap pengendara mobil di jalanan. Asumsinya, mobil-mobil merek tertentu milik orang kaya, lainnya milik orang miskin. Meski asumsi itu tidak sepenuhnya akurat. Bisa saja mobil mewah dikemudikan sopir yang pegawai orang kaya si pemilik mobil.
Dalam studi tersebut, kami mengamati seorang pejalan kaki yang berjalan menuju tempat penyeberangan, sementara sebuah mobil datang.
Pejalan kaki tersebut selalu melihat ke arah pengemudi, lalu ia mengangguk menandakan niatnya untuk menyeberang.
Sementara itu, kami menempatkan alat pengode yang tersembunyi di semak-semak di pinggir jalan, mencatat tingkat kemahalan kendaraan saat kendaraan tersebut melintas, dan apakah kendaraan tersebut kemudian berhenti untuk pejalan kaki yang memberikan isyarat menyeberang?
Kami melakukan itu kepada ratusan kendaraan yang berbeda. Hasilnya, kami temukan tren liniar yang jelas. Bahwa makin mahal mobil Anda, makin besar kemungkinan Anda melanggar hukum. Caranya, Anda mengemudi langsung melewati tempat penyeberangan, tanpa berhenti.
Saya terkejut dengan hal itu. Ketika kami menerbitkan hasilnya, saya menerima banyak sekali e-mail dari pengemudi berbagai jenis mobil.
Misalnya, pengemudi mobil Prius (Toyota) yang berkata begini, ”ya, oke... oke... oke…”
Pengemudi Prius pada saat itu mendapat skor tinggi dalam kategori kemahalan kami. Mobil Prius pada saat itu termasuk beberapa mobil mahal yang dapat Anda kendarai.
Mereka (pengemudi Prius) adalah di antara yang paling mungkin melanggar hukum. Mereka akan mengemudi melewati penyeberangan jalan, tanpa berhenti.
E-mail dari pengemudi Prius kepada kami, berbunyi begini, ”ya, kami terlalu sibuk. Kami terlalu fokus pada efisiensi jarak tempuh kami. Sehingga tidak berhenti.”
Ada juga pengemudi Prius yang menyatakan, ”pengereman untuk memberikan kesempatan kepada pejalan kaki akan memengaruhi iklim. Merusak iklim. Sebab, itu berarti efisiensi gas Anda akan turun.”
Jadi, mereka membuat keputusan untuk memperbaiki lingkungan daripada berhenti untuk orang lain.
Kami menyimpulkan, dalam keputusan-keputusan kecil semacam itu, makin kaya Anda, makin besar kemungkinan Anda memprioritaskan kebutuhan, tujuan, keinginan, dan kepentingan Anda sendiri di atas kepentingan orang lain.
Riset Prof Piff itu di California, AS. Tempatnya bangsa yang memproklamasikan diri sebagai penganut hak asasi manusia. Tapi, Piff menyimpulkan, orang kaya cenderung mengutamakan kepentingan diri sendiri daripada kepentingan orang lain. Bahkan, mereka melanggar hak pejalan kaki di jalan raya.
Itu manusiawi. Normal. Semacam gerakan refleks. Tidak direncanakan. Walaupun dicemooh oleh si miskin.