Memang, langkah itu tidak terlepas dari ambiguitas, seperti yang diungkap oleh para pengamat. Namun, penolakan visa atlet adalah afirmasi prinsip yang paling mendasar dan terlihat. Itu adalah sikap politik yang memilih berprinsip meski berisiko dijatuhi sanksi.
Pada akhirnya, Indonesia telah memilih untuk menjadi negara yang berani menanggung risiko demi menjunjung martabat kemanusiaan. Sanksi IOC hanyalah harga yang harus dibayar oleh sebuah bangsa yang berani berprinsip.
Indonesia telah membuktikan, ia tidak hanya mengikuti arus diplomasi global, tetapi menjadi kompas moral di tengah badai standar ganda.
Di panggung dunia, Indonesia berdiri kokoh, mengirimkan pesan keadilan. Dukungan bagi Palestina bukanlah urusan politik semata, melainkan amanat universal yang tak terpisahkan dari semangat olahraga itu sendiri. (*)
*) Yayan Sakti Suryandaru adalah dosen di Departemen Komunikasi, FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya.