“Kalau ditutup total, air hanya bisa dialirkan lewat pompa. Akibatnya, ada potensi genangan sementara, misalnya di sekitar Pondok Benowo Indah (PBI),” terang Syamsul.
Untuk mengantisipasi risiko tersebut, DSDABM memastikan seluruh rumah pompa dan tim lapangan siaga penuh setiap kali BMKG mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem.
“Prediksi BMKG bersifat global, tapi peringatan dini hujan intensitas tinggi biasanya keluar 2–3 jam sebelumnya. Saat itu, kami langsung bergerak—saluran dikosongkan, pompa diaktifkan, dan tim tersebar sesuai zona rawan,” paparnya.
Dengan komitmen penuh dari pemerintah dan partisipasi aktif masyarakat, Surabaya bergerak menuju kota yang lebih tangguh terhadap banjir—bukan hanya di musim hujan ini, tapi untuk tahun-tahun mendatang. (*)