Ia menambahkan bahwa Brugge memang lawan tangguh, terutama saat bermain di kandang sendiri.
“Mereka tim bagus, apalagi di rumah sendiri. Sulit menang kalau kebobolan tiga gol, dan itu yang harus kami perbaiki,” tambahnya.
Pernyataan tersebut mencerminkan kesadaran Yamal akan masalah utama Barcelona saat ini. Yakni ketidakstabilan lini belakang yang membuat hasil positif sering lepas di menit-menit krusial.
Meski mencetak tiga gol, kebobolan dalam jumlah yang sama memperlihatkan betapa tim asuhan Hansi Flick masih mencari keseimbangan.
BACA JUGA:Prediksi Skor Club Brugge vs Barcelona: Jadwal, Susunan Pemain, dan Rekor Pertemuan
BACA JUGA:Barcelona Kian Terpuruk, Cedera Massal dan Konflik Tim Medis Ganggu Stabilitas Tim
Yamal juga berbicara tentang atmosfer pertandingan yang keras, di mana ia menjadi sasaran siulan dan ejekan dari suporter tuan rumah. Namun alih-alih terprovokasi, ia menanggapinya dengan kedewasaan luar biasa.
“Itu bukan hal baru. Kalau pemain lain, mungkin mereka tidak akan mendapat reaksi seperti itu. Mereka mencemooh saya karena tahu saya bermain baik. Sedikit demi sedikit, siulan itu berhenti. Artinya saya telah melakukan tugas saya dengan benar, dan saya tidak khawatir soal itu,” ujar Yamal dengan percaya diri.
Ucapan tersebut menunjukkan mental baja seorang pemain muda yang telah terbiasa berada di bawah sorotan publik. Alih-alih terganggu, Yamal justru menjadikan tekanan sebagai motivasi tambahan.
Dengan sikapnya yang dewasa dan fokus, Yamal sekali lagi menunjukkan bahwa meski usianya baru menginjak 18 tahun, ia sudah memiliki karakter seorang profesional sejati.
Ia tidak hanya menjadi simbol harapan bagi masa depan Barcelona, tetapi juga contoh bagi pemain muda lainnya tentang bagaimana menghadapi sorotan media dan tekanan publik dengan ketenangan serta integritas. (*)
*) Mahasiswa magang Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya