BACA JUGA:Ketua DPRD Gresik Tertibkan Truk di Jam Sibuk
BACA JUGA:Ketua DPRD Gresik Bebaskan Warga Pinjam Mobil Dinas Miliknya, Gratis Sopir dan Bensin
Perusahaan-perusahaan asal Tiongkok kini menjadi pemain utama di kawasan industri Gresik. Mulai dari sektor manufaktur hingga energi. Kondisi itu membuat penguasaan bahasa dan kemampuan komunikasi lintas budaya menjadi nilai tambah penting.
Meski begitu, Syahrul optimistis karena Gresik memiliki banyak talenta muda potensial yang lahir dari berbagai sektor. Baik di bidang olahraga, teknologi, pertanian hingga inovasi akademik. Tinggal memastikan mereka punya skill sesuai kebutuhan lapangan kerja.
DPRD Gresik mencatat sejumlah regulasi daerah sudah mulai beradaptasi dengan kebutuhan industri, meski kecepatannya perlu ditingkatkan. Pertumbuhan industri yang sangat cepat membuat kebutuhan tenaga kerja berubah tiap tahun, sedangkan pelatihan formal kerap tertinggal.
Dalam konteks itu, Syahrul menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, DPRD, dan generasi muda terutama Gen Z sebagai strategi jangka panjang. “Anak muda hari ini bukan hanya generasi yang menunggu, mereka bisa menjadi mitra legislatif dalam membentuk arah kebijakan,” katanya.
BACA JUGA:Bupati Gresik Resmikan SPPG Dapur Hibrid di Yayasan PPNU Trate, Kolaborasi untuk Gizi Anak Sekolah
BACA JUGA:PKK Garda Terdepan Wujudkan Gresik Bebas Stunting dan Putus Sekolah
Bagi Syahrul, masa depan Gresik tidak boleh hanya bertumpu pada kekuatan industri. Tetapi juga pada kekuatan manusianya. Tanpa SDM unggul, pertumbuhan ekonomi berisiko tidak sejalan dengan kesejahteraan masyarakat.
Pendidikan formal menjadi pondasinya. Tapi, harus diibangi dengan skill mumpuni untuk pintu masuk ke dunia kerja. Ke depan, DPRD Gresik mendorong pemerintah daerah memperbanyak pelatihan kerja, memperkuat sekolah kejuruan, dan membuka ruang kolaborasi dengan dunia industri.
Harapannya, investasi yang datang tidak hanya membangun pabrik, tetapi juga membangun manusia. “Saya ingin anak muda Gresik mengisi peluang besar ini. Mereka harus menjadi bagian dari perubahan, bukan hanya penonton,” pungkas Syahrul. (*)