Pola itu membuat koperasi sebagai agregator kebutuhan warga, sehingga menunjukkan bahwa KMP Dukuh Pakis menjadi pusat pemberdayaan ekonomi mikro yang responsif terhadap kebutuhan warga.
Namun, perjalanan awal tidak selalu mulus. Karena koperasi itu masih baru, sistem distribusi belum sepenuhnya terotomatisasi.
Awalnya, warga harus datang langsung ke kelurahan untuk membeli. Kini, pemesanan dibuka lewat grup WhatsApp, yang memang mempermudah, tapi juga menimbulkan persaingan.
"Kalau stok tinggal 100, tiba-tiba ada yang pesan 20, bisa langsung habis. Yang lain kehabisan. Karena anggotanya banyak, dari RW 1 sampai RW 7, semua berebut saat ada stok murah," jelas Eko.
Hal itu adalah tantangan khas koperasi rintisan, permintaan tinggi, pasokan terbatas, dan sistem manajemen yang masih berkembang.
Meski masih sederhana, harapan warga terhadap KMP Dukuh Pakis sangat besar. Agus Kusmantoro berharap seluruh warga kelurahan bergabung.
BACA JUGA:Menkop UMKM Sebut Koperasi Merah Putih Siap Operasional Oktober
BACA JUGA:Kemenkum Jatim Siap Fasilitasi Merek Kolektif untuk 8.494 Koperasi Merah Putih
Sehingga koperasi bisa berkembang, tidak terputus, dan perluas jangkauan usaha. "Tidak menutup kemungkinan, kalau diizinkan, kita buka simpan pinjam sesuai aturan yang berlaku," tambahnya. Karena banyak warga yang menanyakan hal itu.
Sementara Eko Pranoto menekankan bahwa keberlanjutan koperasi bergantung pada partisipasi aktif masyarakat. Ia juga menyambut baik koperasi tersebut sebagai bagian dari program nasional Presiden Prabowo Subianto.
"Harapan kami, koperasi ini mendukung program Bapak Presiden Prabowo. Tapi, semua tidak akan jalan jika warga tidak punya minat untuk ikut serta," tandasnya.
KMP Dukuh Pakis adalah bukti nyata bahwa gerakan ekonomi kerakyatan bisa dimulai dari level paling bawah, dimulai dari kelurahan. Modal awalnya sederhana, yakni dukungan aparat kelurahan, dan semangat gotong royong warga.
Dalam satu bulan, KMP Dukuh Pakis bisa membuktikan bahwa koperasi bukan hanya soal modal, tapi soal kepercayaan, kebersamaan, dan kebutuhan nyata.
Dan jika semangat tersebut terus dipupuk, bukan tidak mungkin Dukuh Pakis akan menjadi contoh nasional bagaimana Koperasi Merah Putih bisa menjadi tulang punggung ekonomi rakyat di era modern. (*)