Kerja bareng warga Xichou seperti mengubah segalanya. Lahan tandus jadi subur. Tanah gersang jadi tempat wisata. Cantik banget.
DARI kejauhan, barisan perbukitan Xichou (西畴县 / Xīchóu xiàn) tampak seperti punggung naga yang tertidur. Permukaannya adalah gunung kapur dengan vegetasi hijau. Di sela-selanya tumbuh aneka lahan pertanian.
’’Itu kebun anggur. Juga kiwi. Yang di teras berundak itu ditanami jahe,’’ kata pemandu yang mengantar kami, jurnalis peserta program China International Press Communication Center (CIPCC), Sabtu, 8 November 2025.
Kami menyaksikan pemandangan tersebut dari sebuah anjungan berlantai kayu di sebuah bukit. Bukan puncaknya. Untuk naik ke puncak, ada tangga berkelok-kelok yang harus kami naiki. Seorang jurnalis menyebut itu sebagai ’’mini Great Wall.’’ Tembok raksasa mungil.
BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (6): Siap Taklukkan Dunia Siber
Tangga itu memang menantang didaki. Tapi, waktunya tidak akan cukup. Bahkan, energinya mungkin juga enggak cukup.
Apa pun, anjungan luas berpagar kayu merah itu sudah menyajikan cakrawala yang elok. Kaki langit yang dipenuhi tonjolan-tonjolan cantik.
Xichou terletak di sisi tenggara Provinsi Yunnan, provinsi selatan yang berbatasan dengan Myanmar, Laos, dan Vietnam. Ibu kota provinsinya adalah Kunming. Letaknya agak di tengah.
Nah, Xichou ada di prefektur Wenshan. Prefektur di Tiongkok adalah bagian dari provinsi. Tetapi di atas kota dan kabupaten. Semacam karesidenan di Indonesia dulu.
Xichou ada di tenggara Kunming. Jaraknya sekitar 350 kilometer. Makin mepet ke Vietnam. Waktu tempuh dari Kunming sekitar 4 jam. Lewat jalan tol. Yang sesekali masuk ke perut gunung lewat terowongan.
HARIAN DISWAY berfoto dengan latar belakang pemandangan Xichou.-Dokumen Pribadi-
Ya, Xichou adalah sebuah ikon kisah yang heroik. Ceritanya ’’sangat sempurna’’. Bagaimana daerah karst ekstrem bisa berubah menjadi ruang hidup.
Setelah fase awal “gempuran batu” di 1990-an, pemerintah menyadari bahwa kerja fisik semata tak cukup. Alam perlu ditata ulang secara ilmiah. Dari sanalah lahir rencana besar bernama Delapan Proyek Utama (八大工程 / bā dà gōngchéng).
Rencana itu dimulai pada 2011 dan dirancang untuk dua dekade ke depan (2011–2025). Isinya tak sekadar proyek fisik, tapi peta jalan ekologis dan sosial yang terintegrasi. Fokusnya: air, hutan, lahan, dan manusia.