“Memang kenyataannya tidak semua pengrajin mengenakan APD. Kalau pewarnaannya menggunakan indigosol dan naptol, itu mengandung logam berat. Syukurnya, sekarang juga ada pewarna alami yang ramah lingkungan,” ungkap Lintu, menambah keterangan Ita.
BACA JUGA:Shibori: Kreasi Motif Jepang di Atas Kain Ramah Lingkungan
BACA JUGA:9 Kebiasaan yang Tanpa Disadari Bikin Kulit Tangan Kering
Mastukah, owner sekaligus pengrajin dari Batik Kriya Punden, mengatakan bahwa pewarnaan batik memang ada dua, sintetis dan alami.
“Gangguan kesehatan itu pasti ada. Contohnya gatal-gatal karena ada kandungan kaustik soda. Lalu, uap dari larutan warna juga bisa bikin batuk-batuk. Kalau sudah merasakan gejala seperti itu, biasanya saya hentikan dulu,” ujar Uka saat ditemui Harian Disway usai talkshow.
Adapun pertolongan pertama untuk kulit yang terkena zat kimia adalah dengan mencucinya menggunakan air mengalir. Sama seperti pertolongan pertama ketika terkena luka bakar.
BACA JUGA:Wujudkan Kolaborasi AI dan Warisan Tradisi, Mahasiswa Petra Bikin Batik WR Supratman
BACA JUGA:Batik Tulis Ghentongan Selangkah Lagi Raih Sertifikat Indikasi Geografis
Ita menyarankan para pengrajin batik banyak makan sayur dan buah. Selain itu, juga mengonsumsi vitamin D, E, dan antioksidan. Dan, yang paling penting adalah cukup istirahat supaya tubuh selalu sehat.
Skincare seperti moisturizer juga penting digunakan setelah membatik untuk memelihara kesehatan kulit dari bahan kimia yang sifatnya asam. Moisturizer berkhasiat untuk meningkatkan kelembapan kulit dan memperkuat skin barrier. (*)