Kasus Perempuan Bunuh Perempuan di Bogor: Pelaku Sudah Diberi Emas

Senin 24-11-2025,07:33 WIB
Reporter : Djono W. Oesman
Editor : Yusuf Ridho

BACA JUGA:3 Perempuan Membunuh Pria Penunggak Utang di Bali

BACA JUGA:Perempuan Cemburu, Eksekusi Mati

Anehnya, pelaku kemudian minta utang Rp1 juta kepada korban. Katanyi, untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Berarti, pelaku orang bermasalah soal uang, yang anehnya, korban percaya menitipkan uangnyi.

Lebih aneh lagi, korban menyatakan tidak punya uang, lalu dia menyerahkan gelang dan cincin emas kepada pelaku. 

Eko: ”Pelaku tidak mau barang. Maunya uang. Lalu, gelang dan cincin dikembalikan. Saat itulah, korban menjambak rambut pelaku.”

BACA JUGA:Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan

BACA JUGA:Menciptakan Ruang Aman Bagi Perempuan di Lingkungan Kampus

Sekarang pelaku marah lagi. Dia mendorong tubuh korban hingga jatuh. Saat korban tersungkur itulah, pelaku menuju dapur, mengambil pisau dapur. Pisau dihunjamkan ke leher korban. Berkali-kali. Berdasar hasil pemeriksaan mayat, ada delapan tikaman.

Setelahnya, pelaku kabur. Dia tidak mengambil harta (perhiasan emas) korban. Dia pergi begitu saja. Meninggalkan rumahnyi sendiri.

Esoknya jenazah korban ditemukan warga. Dilaporkan ke polisi. Tim polisi mengolah TKP dan memeriksa para saksi. Sekitar delapan jam dari saat penemuan jenazah, pelaku ditangkap polisi. Dia dijerat dengan Pasal 338 KUHP, pembunuhan. Ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.

Kronologi versi tersangka itu janggal. Terutama, soal tersangka diberi perhiasan emas malah menolak. Sudah begitu, pelaku menghajar korban dengan delapan tikaman. Janggal atau pelaku sangat kejam.

Perempuan pembunuh tergolong jarang jika dibandingkan dengan pelaku laki-laki. Di kasus itu, pelaku kelihatan manipulatif. Uang yang dititipkan korban kepadanyi belum dikembalikan, dia malah utang lagi ke korban. Anehnya, korban memberikan perhiasan yang ditolak pelaku. 

Dikutip dari The Independent, 2 Juni 2016, berjudul Why are we shocked when women commit violent crimes? karya jurnalis Inggris, Katharine Quarmby, diungkapkan:

Perempuan jauh lebih kecil kemungkinannya melakukan kejahatan kekerasan daripada laki-laki. Namun, jumlah perempuan yang melakukan kekerasan di Inggris terus meningkat. 

Dilaporkan, pada 2016 di Inggris jumlah anak perempuan dan perempuan yang ditangkap karena kekerasan meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun 1999/2000 dan 2007/2008. Apakah itu mencerminkan peningkatan kekerasan itu sendiri atau visibilitasnya –atau keduanya– masih banyak diperdebatkan.

Gagasan tentang perempuan yang melakukan kekerasan, bahkan pembunuhan, memang mengejutkan. Tapi, mengapa? Apakah kekerasan yang dilakukan perempuan berbeda dengan kekerasan yang dilakukan laki-laki? 

Kategori :