Shanghai memang komunitas internasional. Bahkan, salah satu kawasan huniannya boleh dijuluki sebagai ’’PBB Mini’’. Itulah Gubei.
GUBEI Civic Center, bangunan berlantai tiga itu, terletak di East Fugui Road, Changning, Shanghai. Di situlah nadi komunitas global berdenyut. Sebab, itulah pusat administrasi, sosial, dan budaya bagi salah satu kawasan ekspatriat paling padat di kota terbesar di Tiongkok tersebut.
Gubei bukan sembarang perumahan. Area itu menampung lebih dari 33.000 warga dari lebih dari 50 negara. Dan sekitar 51 persen dari populasi adalah ekspatriat. Ini menjadikan Gubei sebagai salah satu komunitas paling internasional di Shanghai.
Tidak heran, Gubei bisa dijuluki sebagai PBB Mini.
BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (6): Siap Taklukkan Dunia Siber
Pusat Kegiatan Sipil (Civic Center) itu dirancang sebagai pusat layanan warga. Lokal maupun asing. Dan urusan administratif itu juga bisa jadi jembatan yang memperkukuh ikatan sosial.
Di situ terdapat gerai layanan 5-in-1. Yakni, layanan untuk personel asing, Hongqiao Overseas Talent Hub, integrasi imigran, pajak bilingual, dan layanan online terintegrasi. Lewat fasilitas itu, penduduk bisa mengurus izin tinggal, asuransi sosial, pendaftaran asuransi kesehatan, dan lain-lain. Bahkan bisa secara virtual.
Stasiun pelayanan didesain agar sangat ramah bagi penghuni asing. Petugasnya menguasai berbagai bahasa dengan ditunjang sistem komputer dengan antarmuka digital.
Ada pula Better Life Service Station, yang mengurus urusan sehari-hari seperti bantuan lansia, konsultasi hukum, layanan kesehatan, dan daur ulang sampah.
KEDAI MAKANAN untuk lansia di lantai dua Gibei Civic Center, Shanghai.-Doan Widhiandono-
Menariknya, pada bagian layanan makan lansia, digunakan teknologi robot untuk memasak menu “lima hidangan”: nasi, porsi daging besar dan kecil, sayuran, dan sup.
Kami, para peserta China International Press Communication Center (CIPCC) mengunjungi tempat itu menjelang petang. Bau masakan tercium di lantai dua. ’’Sebentar lagi waktunya makan dan minum teh bagi warga lansia di sini,’’ kata seorang pemandu.
Selain itu, ada juga tempat daur ulang yang difungsikan sebagai titik edukasi lingkungan. Mengajak warga Gubei terlibat aktif dalam pemilahan sampah. Petugas di Civic Center itu juga sangat tanggap. Saat saya akan membuang botol air minum di tempat sampah, seorang petugas perempuan langsung menghampiri. ’’Langsung serahkan ke saya saja,’’ ujarnya.
Civic Center bukan sekadar kantor administratif. Di lantai atas, ada ruangan rapat dan musyawarah warga. Di tempat itu, penduduk (termasuk ekspatriat) bisa berbicara langsung soal kebijakan lokal. Isu pemilahan sampah sering dibawa ke diskusi komunitas. Sehingga, warga asing ikut berbagi praktik dari negara asal mereka.