HARIAN DISWAY – Dongeng punya peran penting dalam membentuk karakter anak. Prinsip itu membuat Inge Ariani Safitri tidak pernah berhenti menyemangati para orang tua dan juga pendidik untuk mendongeng.
Menyambut Hari Dongeng Nasional, perempuan ramah yang akrab disapa Bunda Inge itu menggerakkan komunitasnya untuk menggelar kembali Festival Dongeng Surabaya. Tahun ini adalah tahun ke-10 festival berlangsung.
“Perlu ada satu hari untuk merayakan dongeng disertai kegiatan-kegiatan edukasi tentang dongeng,” ujar Bunda Inge kepada Harian Disway Rabu, 26 November 2025.
Dalam upaya merayakan dongeng itulah, Komunitas Kumpul Dongeng bergandengan dengan Himpunan Pendidik Anak Usia Dini menggelar Workshop Hari Dongeng Nasional. “Ini merupakan bagian dari Festival Dongeng Surabaya ke-10 yang bertajuk Jelajah Semesta,” katanya.
BACA JUGA:Kak Harris, si Juru Dongeng Asal Surabaya: Tetap Mendongeng meski Anak-Anak Akrab dengan Gadget
BACA JUGA:Dongeng Wali Kota Eri Cahyadi: Monda-Monca, Cermin Anak Surabaya
Selain workshop, Festival Dongeng Surabaya ke-10 juga mengagendakan talkshow dan peluncuran buku. Rangkaiannya diawali dengan workshop pada Jumat, 28 November 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Dongeng Nasional.
Kali ini, sasaran workshop adalah guru, mahasiswa, dan pegiat dongeng. “Ini supaya orang tua, guru, maupun pegiat literasi meyakini bahwa dongeng masih menjadi media efektif dan menyenangkan dalam menyampaikan pesan,” urai Bunda Inge
Agung Cahya Karyadi alias Kak Cahyo dan Mochammad Ariyo Farid Zidni alias Kak Aio didapuk sebagai pemateri. Mereka mengajarkan teknik bercerita yang aplikatif di kelas dan cara membangun kedekatan guru-murid.
Mereka juga membagikan teknik penggunaan dongeng sebagai sarana untuk meningkatkan keberanian, empati, dan daya ekspresi anak. “Dongeng bisa menjadi media yang menggugah, menginspirasi, dan menggerakkan perubahan,” papar Kak Aio yang co-founder Ayo Dongeng Indonesia itu.
ANAK-ANAK beragam usia merayakan Festival Dongeng Surabaya di Disperpusip Jatim pada 2018.--Dokumentasi Komunitas Kumpul Dongeng
BACA JUGA:Ada 5 Dongeng Legenda yang Bisa Dipakai Para Bunda untuk Kenalkan Nusantara pada Anak
BACA JUGA:Membaca Sejak Dini Dimulai dari Keluarga, Orang Tua Harus Jadi Teladan
Sejak mendirikan Komunitas Kumpul Dongeng pada 2015, Bunda Inge selalu mengutamakan inklusivitas. Itu karena dongeng adalah milik semua orang. Bahkan, mereka yang terlahir tuli sekalipun.
Karena itulah, para mahasiswa dan penggerak dari Disabilitas Rungu (Teman Tuli) terlibat aktif dalam workshop. “Saya mau belajar dongeng supaya tampil dengan Bahasa Isyarat juga untuk membantu mengajar anak-anak Tuli,” ujar Jason dari Teman Tuli.
Rangkaian festival mencapai puncaknya pada akhir pekan ini. Talkshow dan peluncuran buku berlangsung di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur pada 29-30 November 2025.
“Inisiasi menyelenggarakan Festival Dongeng Surabaya ini berangkat dari keinginan mewujudkan misi mengembalikan dongeng ke rumah,” tandas Bunda Inge. (*)