SURABAYA, HARIAN DISWAY - Mahasiswa Magister Kajian Sastra dan Budaya, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR), menghadirkan pendekatan segar dan humanis dalam membaca fenomena mobilitas dan perbatasan budaya.
Pendekatan itu tampak melalui pameran riset bertajuk “Menjauhi Rumah, Mendekati Rumah”. Pameran berlangsung pada 2 Desember 2025 di Teras Auditorium Ternate, ASEEC Tower FIB UNAIR, menampilkan delapan karya riset yang diolah menjadi instalasi visual kreatif.
Acara itu merupakan kolaborasi dari mata kuliah Kajian Mobilitas Budaya dan Kajian Perbatasan Budaya. Menurut dosen pengampu Dr. Lina Puryanti, pameran itu menjadi cara untuk menghadirkan kembali konsep “rumah” dalam spektrum luas. Mulai dari perjalanan menjauh, kembali, dan ikatan-ikatan emosional yang menyertainya.
“Sebagai manusia, kita sering bepergian meninggalkan rumah. Tapi selalu ada momen untuk kembali. Riset mahasiswa dalam pameran ini menyimpan cerita, pengaruh, dan perjalanan yang menarik,” ujarnya.
Ia mencontohkan riset tentang batik. Riset itu tidak sekadar membahas batik sebagai ekspresi seni. Tetapi juga menyelami perjalanan budaya, pertemuan pengaruh, hingga pemetaan batas-batas tak kasatmata kota lama.
Lina menjelaskan bahwa penting bagi mahasiswa untuk menerjemahkan gagasan teoretis ke dalam bentuk visual yang dapat dinikmati publik.
Salah satu karya dalam pameran riset Menjauhi Rumah, Mendekati Rumah di ASEEC Tower, FIB Unair, 2 Desember 2025.-Tirtha Nirwana Sidik-Harian Disway
“Visual tidak harus berupa seni secara murni. Tapi dalam bentuk yang cukup membuat orang tertarik belajar bersama,” tambahnya.
Dalam pameran itu, pengunjung dapat menelusuri delapan karya yang masing-masing mengangkat pengalaman mobilitas dari sudut pandang berbeda.
Karya-karya itu meliputi: Langkah-Langkah Kaki di dalam Tas, Bubur Madura, Checkout!; Klepon/Dango: Segigit Bodily Memory, Dakon: dari Waktu ke Waktu, Tubuh Monitor (TV Tabung), The Chronicles of Cross Bordering Batik Lasem’s Archipelago, dan Mapping The Unseen Borders of Old Town Surabaya.
Lina menyampaikan bahwa pameran itu membuktikan teori mobilitas dan perbatasan dapat dipahami lebih mudah ketika divisualkan. “Mobilitas tidak harus ke perbatasan negara. Semua tempat bisa menjadi ruang mobilitas,” katanya.