Salah seorang mahasiswa, Nanda Alifya, menjelaskan bahwa tugas itu membuka cara pandang baru tentang mobilitas.
“Dekat atau jauh itu bisa dibayangkan luas. Rumah bisa berarti tubuh. Bisa berarti lidah. Lidah itu manja. Sedikit berubah langsung terasa,” ujarnya berteka-teki, kemudian tertawa.
BACA JUGA:Kunjungan FIB Unair ke Universitas Hamburg, Jerman: Merealisasikan Kerja Sama Program Double Degree
BACA JUGA: BEM FIB UNAIR dan ILMIBSI Gelar SORAYA Edisi Kedua
Nanda mengangkat Strava, aplikasi berbasis komunitas olahraga, sebagai bahan riset. Ia menyebut Strava sebagai fenomena sosial yang unik.
“Gerak kaki yang sederhana bisa jadi serumit itu. Ada sepatu khusus, jam khusus, bahkan ada ‘joki Strava’ yang lari untuk orang lain,” jelasnya.
Selain menggali teori, Dinda menyebut dirinya belajar dua hal penting: kerja sama tim dan keberanian berimajinasi.
“Kami mahasiswa baru di fakultas ini. Kami pun datang dengan ide berbeda-beda. Tapi bisa ketemu di satu jalur yang sama,” tuturnya.
BACA JUGA:Musikalisasi Puisi Ramaikan Pestra FIB Unair
Ketua koordinator pameran Dies Natalis FIB UNAIR Ilham Baskoro, menegaskan bahwa pameran itu merupakan bentuk kreativitas dalam ujian akhir semester.
Suasana pameran riset Menjauhi Rumah, Mendekati Rumah, 2 Desember 2025.-Tirtha Nirwana Sidik-Harian Disway
“Ini eksperimen dosen kami. Supaya riset S2 tidak hanya menjadi buku atau jurnal. Tetapi juga karya yang dapat dipamerkan,” ujarnya.
Ia menyebut persiapan pameran berlangsung selama satu bulan. Mulai dari pembentukan kelompok hingga memilih riset mana yang akan divisualkan.
Ilham berharap pameran seperti itu dapat digelar secara berkelanjutan. “Semoga semakin besar dan dikenal. Kami ingin menunjukkan bahwa S2 UNAIR bisa menghasilkan karya yang menarik dan bisa dinikmati masyarakat.”
BACA JUGA:Unair Dorong Literasi Demokrasi Siswa SMAN 10 Malang Lewat Simulasi Pemilu