BRI Rilis Indeks Bisnis UMKM Q3-2025, Tunjukkan Ekspansi dan Optimisme Pelaku Usaha

Selasa 02-12-2025,08:19 WIB
Reporter : Thoriq S Karim
Editor : Retna Christa

Kondisi rentabilitas usaha (atau kemampuan usaha untuk menghasilkan laba dalam periode tertentu) tercatat menurun. Hal itu searah dengan penurunan omset usaha dan kenaikan harga barang input (terutama pada sektor industri pengolahan) dan harga barang dagangan (pada sektor perdagangan).

Dua faktor tersebut menekan volume penjualan dan menggerus keuntungan usaha. Hal ini tentu akan berdampak pada kemampuan pebisnis UMKM untuk membayar angsuran pinjaman tepat waktu.

"Sementara itu, kegiatan investasi masih meningkat sejalan dengan ekspektasi kegiatan usaha yang akan membaik ke depan," jelas Akhmad.

BACA JUGA: BRI UMKM EXPO(RT): Haluan Bali Go Global dengan Fashion Berkelanjutan

BACA JUGA:QRIS BRI Permudah Transaksi Rumah Makan Minang Saiyo di Kayuagung

"Menyongsong Q4-2025 indeks ekspektasi semua komponen menguat karena kemungkinan adanya peningkatan permintaan pada perayaan Nataru, belanja pemerintah yang makin pesat pada akhir tahun, dan prospek pertumbuhan ekonomi yang tetap baik," paparnya.

Dari segi sektoral, Indeks Bisnis UMKM juga secara umum masih berada pada zona ekspansif, meskipun beberapa sektor mengalami perlambatan. Sektor konstruksi mencatat kinerja paling kuat (112,0), ditopang semakin maraknya proyek pemerintah dan swasta menjelang akhir tahun.

Sektor pertanian juga menunjukkan akselerasi ekspansi seiring harga input yang terjangkau dan musim kemarau basah yang meningkatkan produktivitas pada tanaman padi dan hortikultura.

Ditambah dengan harga jual produk pertanian yang menarik mendorong omset usaha pun membaik.

BACA JUGA:QRIS BRI Permudah Pegawai Pemkot Prabumulih Belanja di Kantin Bude

BACA JUGA:BRI Peduli Salurkan Bantuan Tanggap Darurat Gempa di Poso, Bantu Warga Terdampak di Desa Masani

Sementara itu, sektor pertambangan masih ekspansif karena meningkatnya permintaan pasir, batu dan galian tanah dari sektor konstruksi.

Namun ekspansi sektor itu melambat. Karena curah hujan yang tinggi di beberapa daerah dan adanya regulasi beberapa Pemda yang membatasi penambangan pasir.

Beberapa sektor seperti industri pengolahan, hotel dan restoran, perdagangan, serta pengangkutan mengalami perlambatan atau kontraksi.

Penyebabnya adalah normalisasi permintaan pasca HBKN, kenaikan harga input, daya beli masyarakat yang masih lemah, serta persaingan usaha yang kian ketat. Sektor jasa masih mencatat ekspansi karena aktivitas pekerja dan pelajar kembali normal.

BACA JUGA:Saham BRI Menguat ke Rp4.150, Warga Palembang Ramai-Ramai Jadikan Investasi Gaya Hidup

BACA JUGA:Menggebrak Pasar Digital: Manfaat QRIS BRI untuk Warung di Empat Lawang

Kategori :