"Semua orang boleh beribadah di kelenteng mana pun. Baik yang berjari kaki lima, empat, atau tiga. Tidak ada batasan," terangnya.
Namun, di tanah air, kelenteng yang memiliki jari kaki naga berjumlah lima biasanya memiliki plakat khusus dari Kaisar Tiongkok.
"Seperti Boen Bio. Di sana, kami menyimpan plakat peninggalan Kaisar Tiongkok. Sebagai tanda bahwa Sang Kaisar turut merestui berdirinya kelenteng itu," ujarnya.
BACA JUGA:Jelang Imlek, Kelenteng Boen Bio Gelar Cisuak sebagai Tolak Bala
Ornamen naga di hio lo atau tempat pedupaan Kelenteng Poo An Kiong, Blitar. Jari naga tersebut berjumlah empat.-Guruh D.N.-HARIAN DISWAY
Di sisi lain, ada filosofi khusus di balik jumlah jari naga tersebut. Yakni terkait ajaran Gong Zi atau Konfusius, nabi besar umat Konghucu.
Kelenteng dengan naga berjumlah 5 jari mencerminkan falsafah "Lima Hubungan Masyarakat". Yakni antara raja dan menteri, orang tua dan anak, suami dan istri, kakak-adik, serta kawan dan sahabat.
"Ajaran itu menganjurkan agar seseorang menjalin relasi yang baik. Bahkan dari tingkat terkecil. Seperti antarsesama," ungkapnya.
Selanjutnya, hubungan harmonis dalam keluarga. Seperti antara adik dan kakak, juga orang tua dengan anaknya. Jika sudah terjalin hubungan baik, maka kehidupan dalam keluarga akan berjalan dengan baik pula.
"Kemudian di tingkat tertinggi, seorang pimpinan dan bawahannya harus memiliki hubungan yang erat. Mereka harus bekerja sama demi kebaikan dan kesejahteraan masyarakat. Intinya, relasi yang harmonis itu harus terjalin di tiap lapisan," ujar ayah lima anak itu.
Sedangkan kelenteng dengan naga berjari empat, menyimbolkan "Empat Pantangan dan Empat Kebajikan" dalam filsafat Konfusius.
Xs. Endang mengatakan, "Empat pantangan adalah empat hal yang tidak boleh dilakukan ketika seseorang mengetahui sesuatu yang menyimpang dari kesusilaan."
Empat larangan itu: yang tidak susila pantang dilihat, pantang didengar, pantang diucapkan, dan pantang dilakukan.