JAKARTA, HARIAN DISWAY — Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) telah 22 tahun tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak melantai melalui penawaran umum perdana (IPO) pada 10 November 2003.
Dalam kurun lebih dari dua dekade tersebut, harga saham BBRI tercatat telah meningkat sekitar 48 kali lipat dibandingkan harga saat IPO.
Saat pertama kali melantai di bursa, BRI menawarkan 3,81 miliar saham dengan harga Rp875 per saham.
BACA JUGA:Saham BBRI hingga BBCA Panen Cuan, IHSG Naik Hampir 4 Persen di Awal Maret!
Jika memperhitungkan berbagai aksi korporasi seperti stock split dan rights issue yang dilakukan sepanjang dua dekade terakhir, nilai saham BBRI saat ini mencerminkan pertumbuhan signifikan sejak awal pencatatan.
Sejak resmi tercatat di BEI, saham BBRI menunjukkan tren pertumbuhan yang konsisten dan berkelanjutan. Bahkan, hanya dalam empat tahun pertama, kapitalisasi pasar BRI telah menembus Rp100 triliun.
Momentum pertumbuhan tersebut berlanjut pada tahun-tahun berikutnya. Pada 2013, kapitalisasi pasar BRI mencapai Rp200 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp300 triliun pada 2015.
Untuk memperkuat likuiditas serta memperluas basis investor, BRI juga melakukan dua kali stock split.
BACA JUGA:Saham BBRI Menjadi Primadona Trader lokal
BACA JUGA:Kenaikan Laba Bersih, Saham BBRI Digemari Dunia Investasi
Stock split pertama dilakukan pada Januari 2011 dengan rasio 1:2, disusul stock split kedua pada November 2017 dengan rasio 1:5. Langkah ini bertujuan agar harga saham lebih terjangkau bagi investor ritel.
Memasuki awal 2020-an, tren penguatan saham BBRI tetap berlanjut seiring dengan stabilitas kinerja fundamental perseroan. Pada 2022, kapitalisasi pasar BBRI berhasil menembus Rp700 triliun.
Performa positif tersebut berlanjut sepanjang 2023. Saham BBRI bahkan sempat menembus level all time high.
Menjelang penutupan tahun, harga saham BBRI mencapai Rp5.725 per saham pada 28 Desember 2023, dengan kapitalisasi pasar berada di kisaran Rp867 triliun.