Mitigasi Gesekan Sosial Jelang Perayaan Agama

Rabu 24-12-2025,22:38 WIB
Oleh: Muhammad Turhan Yani*

SETIAP menjelang hari besar agama di Indonesia, baik Hari Raya Natal maupun hari besar lainnya, ada peningkatan keamanan secara ekstra. Sebab, dikhawatirkan terjadi eskalasi yang mengarah pada situasi dan kondisi lebih agresif dan serius. 

Pertanyaanya, bukankah hari besar agama menjadi momentum untuk menghadirkan ketenteraman dan kedamaian, bukan sebaliknya, ketegangan? Pertanyaan itu menjadi kegelisahan dari waktu ke waktu setiap tahun.

Pengamanan secara ekstra perayaan hari besar agama, khususnya Natal, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga dilakukan di negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan Australia dengan risiko keamanan tinggi atau yang memiliki aturan ketat terkait perayaan agama. 

BACA JUGA:Natal sebagai Simbol Kemanusiaan dan Kasih Universal

BACA JUGA:Misa Malam Natal Katedral, Eri Cahyadi Beri Selamat, Uskup Berpesan Soal Keluarga

Hal demikian dilakukan untuk mencegah terjadinya aksi terorisme, kerusuhan, perusakan, ketegangan, dan kekacauan sosial. 

Terkait dengan potensi terjadinya kerawanan sosial setiap menjelang Natal dan tahun baru memang tidak bisa diremehkan. Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Imam Sugianto memaparkan sejumlah potensi kerawanan menjelang perayaan nataru. 

Hal tersebut dipaparkan dalam rapat koordinasi lintas kementerian, lembaga, dan kepala daerah yang berlangsung di kantor Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Jakarta Pusat Senin, 1 Desember 2025.

BACA JUGA:Sambut Sukacita Natal, Royal Plaza Gelar Christmas Charity

BACA JUGA:Bersama Kapolda dan Pangdam, Khofifah Kunjungi Tiga Geraja di Surabaya Cek Keamanan Malam Natal

Dalam konteks kerawanan sosial, peristiwa kelabu yang pernah terjadi di Indonesia jangan sampai terulang. Yaitu, peristiwa pengeboman atau aksi tidak berperikemanusiaan yang pernah dilakukan kelompok teroris, meledakkan bom di 15 gereja di 11 kota. 

Yaitu, Jakarta, Bekasi, Sukabumi, Bandung, Ciamis, Mojokerto, Mataram, Pematang Siantar, Medan, Batam, dan Pekanbaru . Itu pada malam Natal 2000. Juga, pengeboman yang terjadi di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, 2018. 

Kelompok teroris bukanlah entitas yang berafiliasi terhadap agama tertentu, melainkan kelompok dan oknum yang memiliki tujuan menciptakan situasi dan kondisi yang menakutkan atau mencemaskan dengan cara membuat kekacauan dan kerusuhan di mana pun dan kapan pun. 

Kelompok teroris sering memanfaatkan isu suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Juga, sering beraksi pada momentum perayaan agama. Persoalan itulah yang harus dipahami semua pemeluk agama, khususnya di Indonesia, agar selalu waspada dan tidak mudah diadu domba. 

Tujuan kelompok teroris atau oknum pelaku memang menciptakan kekacauan dan situasi sosial yang menakutkan. 

Kategori :