Mitigasi Gesekan Sosial Jelang Perayaan Agama

Rabu 24-12-2025,22:38 WIB
Oleh: Muhammad Turhan Yani*

Pihak yang dimaksud bisa pemerintah atau situasi yang terkait dengan persoalan ekonomi, kesenjangan sosial, dan lain sebagainya.

Di samping tipe tersebut, yang juga sering terjadi adalah konflik nonrealistic ialah ketegangan pelampiasan yang dilakukan kelompok yang sulit menerima perbedaan. Pelampiasan itu biasanya disulut masalah SARA. Aksi pelampiasan dilakukan di tempat-tempat umum, terutama di tempat ibadah dan pusat keramaian. 

Salah satu penyebab terjadinya gesekan sosial adalah terdapat pertentangan nilai antar-identitas kolektif (suku, agama, ras, golongan, dan lain-lain) serta ketimpangan sosial. Keadaan demikian dapat berujung pada konflik sosial. Apabila tidak segera dilakukan penyelesaian, akan terjadi situasi dan kondisi yang sulit dikendalikan. 

Menghadapi persoalan demikian, perlu dilakukan mitigasi gesekan sosial dengan beberapa cara. Di antaranya, pertama, pencegahan dini, yaitu mendeteksi permasalahan, khususnya isu SARA, memetakan potensi konflik. 

Kedua, penguatan komunikasi dan toleransi, yakni memperkuat interaksi, saling menghargai perbedaan, dan mengembangkan moderasi beragama. 

Ketiga, koordinasi lintas sektor antara pemerintah, TNI, Polri, tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Keempat, penegakan hukum, yaitu menindak tegas pihak yang melakukan provokasi dan penyebar berita hoaks agar tidak terjadi eskalasi konflik. 

Kelima, melakukan edukasi dan kewaspadaan agar masyarakat tidak mudah terprovokasi informasi yang menyesatkan, khususnya yang bertebaran di media sosial.

Menghadirkan agama dalam kehidupan sosial dengan mengedepankan penghormatan dan perdamaian merupakan kewajiban sosial semua umat beragama. Paradigma demikian sangat penting ditumbuhkembangkan kepada semua elemen bangsa agar terwujud harmoni sosial di tengah masyarakat majemuk. 

Dalam konteks bangsa Indonesia yang majemuk dalam berbagai aspek, perayaan agama apa pun perlu dipandang sebagai cara mengekspresikan kebahagiaan sejati dan persaudaraan kemanusiaan (horizontal), di samping cara mendekatkan diri kepada Tuhan (vertikal), sesuai keyakinan masing-masing. 

Oleh karena itu, jangan sampai perayaan agama disertai prasangka yang dapat menimbulkan kebencian dan gesekan sosial. (*)

*) Muhammad Turhan Yani adalah guru besar Fisipol dan kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Surabaya. 

 

Kategori :