Lahirnya Pancasila

Lahirnya Pancasila

-Ilustrasi: Reza Alfian Maulana-Harian Disway-

SEJAK 2016, bangsa ini memperingati Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni. Kali pertama diperingati, setelah dua tahun Jokowi menjabat presiden.

Tahun ini Jokowi memperingatinya bersama warga Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Presiden bergabung dengan masyarakat untuk memperingati momen 77 tahun lalu, saat Soekarno memperkenalkan nama Pancasila, 1 Juni 1945.

Kota Ende tentu sangat dekat dengan Soekarno. Di kota pinggir pantai itu, Soekarno muda menjalani masa pengasingan, cara pemerintah kolonial Belanda mengisolasinya dari kegiatan politik. Selama empat tahun (1934–1938).

Pada masa-masa pengasingan itulah, pikiran revolusionernya terus bekerja. Embrio konsep Pancasila pun muncul di sana. Rumah bersejarah tempat tinggal Soekarno di Kampung Ambugaga, Kelurahan Kotaraja, kini pun menjadi cagar budaya.

Konsep pemikirannya itu ia kemukakan dalam pidato 1 Juni 1945 di depan sidang BPUPKI, lembaga yang mempersiapkan kemerdekaan di Jakarta. Di sanalah muncul istilah Pancasila yang kini kita kenal sebagai dasar negara.  

Mengapa momen itu baru diperingati di era Jokowi?

Megawati termasuk salah satu yang memperjuangkan momen 1 Juni tersebut. Di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun, Mega pernah mengusulkan ke pemerintah. Dan, versi Mega, pemerintah setuju. Namun, belum terealisasi hingga SBY turun takhta.

Di era Soeharto selama 32 tahun tidak terdengar wacana 1 Juni. Pemerintahan Orde Baru (Orba) lebih berkonsentrasi memperingati Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober.

Orba menganggap 1 Oktober 1965 sebagai titik balik kemenangan penyelamatan Pancasila dari rongrongan PKI.

Selama Orba, penguasa selalu mengingatkan publik akan kepahlawanan Soeharto sebagai jenderal yang menumpas gerakan G-30-S/PKI. Untuk membentuk ingatan kolektif, selain lewat pelajaran sejarah, juga dibuat film yang wajib tonton serta setiap tahun jadi sajian publik.

Di era sekarang, pemerintah tetap juga memperingati 1 Oktober. Jokowi memperingatinya dengan melakukan upacara di Lubang Buaya. Namun, bedanya, sudah tidak ada lagi pemutaran masif film pengkhianatan  G-30-S/PKI.

Orba juga melakukan peringatan 1 Maret 1949, saat pejuang kita melakukan serangan umum ke Yogyakarta yang dikuasai Belanda. Di sana Soeharto juga disebut sebagai pengatur strategi dan pemimpin penyerangan. Orba juga membuat film peristiwa itu yang diberi judul Janur Kuning. Film tersebut diputar secara masif setiap tahun untuk membentuk ingatan kolektif.

Di era pemerintah Jokowi terbit Keppres No 2 Tahun 2022 yang menetapkan Serangan Umum 1 Maret 1949 itu sebagai Hari Penegakan Kedaulatan Negara. Keppres itu menjadi polemik karena tidak menyebut nama Soeharto. Hanya tertulis digagas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, diperintahkan Jenderal Sudirman, dan disetujui dan digerakkan Presiden Soekarno dan Wapres M. Hatta. Menurut Menko Polhukam Mahfud MD kala itu, peran Soeharto dan pejuang lainnya masuk naskah akademik.

Padahal, dalam ingatan kolektif era Orba, sejarah Serangan Umum 1 Maret itu identik dengan Soeharto. Lakon utama hanya Soeharto.

Saat pemerintahan Jokowi mengeluarkan Keppres 24/2016 yang menetapkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila, juga muncul perdebatan.

Ada yang menganggap Pancasila lahir pada 18 Agustus 1945. Saat Pancasila diputuskan sebagai dasar negara. Sebab, Pancasila yang dirumuskan Soekarno berbeda dengan yang 18 Agustus 1945.

Dalam pidato Soekarno 1 Juni, Soekarno kali pertama memperkenalkan Pancasila: Sila 1. Kebangsaan, 2. Internasionalisme atau Kemanusiaan, 3. Demokrasi, 4. Keadilan Sosial, 5. Ketuhanan Yang Maha Esa.

Ada juga yang menganggap munculnya Piagam Jakarta 22 Juni 1945. Itu karena rumusan Pancasila saat ini hasil revisi Piagam Jakarta. Hanya revisi sila 1, dengan menghilangkan kalimat: ”dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.

Kalangan sejarawan pun menyebutkan, dalam sidang BPUPKI 1945, bukan hanya Soekarno yang pidato pengusulan dasar negara. Melainkan, ada juga Prof Soepomo dan M. Yamin.

Pemerintah akhirnya menetapkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila dengan Keppres 24/2016. Pertimbangannya ialah Soekarno yang memperkenalkan Pancasila sebagai dasar negara. Momentum lain, yakni 22 Juni dan 18 Agustus, dianggap sebagai satu rangkaian dengan 1 Juni.

Keppres tersebut ditetapkan setelah usulan MPR yang saat itu diketuai Taufiq Kiemas.

Memperingati momentum itu penting. Tapi, jauh lebih penting mengamalkan dan mengaplikasikan sila-sila dari dasar negara sebagai apa yang kita sebut way of life itu. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: