Rampas Motor di Lebak Bulus, Kajian Viktimologi
-Ilustrasi: Reza Alfian Maulana-Harian Disway-
Banyak cara penjahat untuk mendekati korban. Penculik 12 anak di Bogor mengaku sebagai polisi, lalu menculik. Terbaru, Sabtu (27/5), perampok OYS, 30, merampas motor pria inisial IR, 24, di Lebak Bulus Jakarta.
KANITRESKRIM Polsek Kembangan AKP Reno kepada pers, Rabu (1/6), menceritakan kronologinya:
Sabtu, 27 Mei 2022, sekitar pukul 09.30, IR bermotor sendirian. Tiba di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, ia dipepet dua motor. Masing-masing berpenumpang dua pria.
IR dipepet tak berhenti, lalu motornya dipotong. Terpaksa berhenti. Semua pelaku berhenti. Sebenarnya situasi jalan cukup ramai. Namun, tidak ada pengguna jalan yang peduli itu.
AKP Reno: ”Pelaku menggertak korban: Kamu nunggak angsuran motor. Sekarang motor kami sita.”
Korban IR membantah keras. Sebab, motornya memang kreditan, tapi sudah lunas. Dibantah begitu, para pelaku membentak-bentak korban.
Pelaku membentak: ”Nama leasing-nya apa?”
Dijawab korban: ”Leasing OTO.”
Pelaku: ”Hayo... Sekarang kita ke OTO. Kamu nunggak.”
Sebelum korban sempat mikir, seorang pelaku inisial OYS langsung naik ke bagian depan motor IR, meminggirkan IR ke belakang. Jadilah IR diboncengkan OYS. Tapi, sebelum motor berangkat, seorang pelaku lain meminta paksa HP milik IR dengan alasan sebagai jaminan.
Melaju tiga motor. Satu motor dinaiki dua pelaku. Satu lagi seorang pelaku. Satu motor, OYS nyetir, IR diboncengkan. Semestinya, di sini IR sudah sadar bahwa ia bakal dirampok.
Tiba di daerah Joglo, Kembangan, Jakarta Barat, tiga motor itu berhenti. OYS menyuruh IR mengambil HP-nya yang dipegang pelaku lain. Saat IR turun, motor digas oleh OYS.
Namun, IR menahan besi belakang motor sekuatnya. Karena nggak kuat, terlepas. Pelaku kabur. Tiga motor kabur. Sementara itu, IR berteriak-teriak minta tolong.
Ternyata, motor OYS menabrak motor yang dikendarai ibu-ibu. Mungkin karena OYS panik. Mereka jatuh bersama. Saat itulah IR berlari mendatangi OYS sambil beteriak: ”Begal... begal...”
OYS ditangkap warga. Sempat dipukuli. Tapi, polisi lewat dan membawa OYS ke Mapolsek Kembangan. ”Tiga pelaku lain masih kami buru,” kata Reno.
Sederhana, konvensional, dan tanpa senjata. Pelaku mengandalkan keroyokan. Korban terlambat bertindak. Mestinya ia melawan sejak di TKP pertama. Karena para pelaku tidak bersenjata. Tapi, entah mengapa, ia baru melawan di TKP kedua.
Kasus itu dianalisis dari tiga narasumber. Ada benang merah yang bisa diambil pelajaran.
Narasumber pertama, Martin F. Wolfgang dalam bukunya, Victim Precipitated Criminal Homicide (1957), memaparkan, perampok punya gambaran calon target. Mereka tidak memilih korban secara acak. Makin sering penjahat merampok, mereka jadi ahli menentukan calon korban.
Buku Wolfgang mengulas viktimologi (ilmu tentang korban kejahatan). Viktimologi adalah anak dari kriminologi (ilmu tentang kejahatan). Di viktimologi diperinci tipologi calon korban kejahatan. Dengan mengetahui itu, orang bisa waspada agar tidak jadi korban kejahatan.
Menurut Wolfgang, penjahat maupun korban umumnya tidak mempelajari viktimologi. Penjahat dan korban mengalir begitu saja. Penjahat belajar dari pengalaman kejahatannya. Bisa mereka pelajari ketika dipenjara (umumnya penjahat begini adalah residivis).
Di bukunya, Wolfgang menyebutkan, ada orang yang menarik bagi perampok untuk dijadikan korban. Itu disebut victim precipitator. Profil khas yang menarik minat perampok untuk menjadikan orang itu sebagai korban. Risetnya detail di buku tersebut.
Di kasus Lebak Bulus, satu-satunya yang menarik pada korban IR adalah motornya Honda. Kondisi bagus. Tampak seperti baru. Karena itu, para pelaku bermodus ”motor kredit”. Dan kebetulan, tepat. Tapi, tidak menunggak kredit.
Selebihnya, dikaitkan teori kriminologi di buku Wolfgang, tidak tepat.
Narasumber kedua, dikutip dari Reader’s Diggest, bertajuk: I’m a Mugger, Here’s How to Outsmart Me, penulis Lauren Cahn, dimuat 29 November 2021, cocok untuk satu indikator saja.
Itu riset berdasarkan wawancara dengan penodong bernama David Solano. Penghuni Penjara New York, Amerika Serikat (AS), untuk hukuman 25 tahun. Solano sudah terbukti menodong lebih dari 100 kali. Sebagian korbannya tewas.
Di situ disebutkan: ”Target favorit David Solano adalah, seperti yang ia katakan: Siapa saja yang sendirian. Terutama di tempat sepi. Dan, di kegelapan malam.”
Di kasus Lebak Bulus, hanya cocok satu: Korban sendirian.
Narasumber ketiga, dikutip dari American Outdoor Guide, 5 Juli 2019, bertajuk Avoid Being a Statistic, How Muggers Pick Their Victims, juga cocok untuk sedikit indikator.
Di situ ada lima indikator, seseorang berpotensi jadi korban penodongan.
1) Mencolok. Mengenakan pakaian mahal, memegang barang berharga, kendaraan bagus, terutama kelihatan seperti baru.
2) Waspadalah di dekat tanggal gajian.Terutama hari Jumat, karena itulah akhir pekan. Penjahat menyukai orang yang baru gajian.
3) Jangan pernah menjelajah ke area asing yang sepi. Selalu berada di tempat keramaian masyarakat.
4) Jangan berada di luar ruangan, terlalu sibuk memainkan HP. Karena dengan begitu, Anda tidak menyadari situasi sekeliling.
5) Jika Anda terpojok oleh perampok, cobalah untuk keluar dari situasi tersebut atau melarikan diri. Relakan barang berharga Anda jika kondisi membahayakan.
Di kasus Lebak Bulus, yang cocok dengan teori itu hanya dua. Di indikator nomor 1 dan 2: Sabtu, 27 Mei 2022 dekat tanggal gajian.
Jadi, kasus Lebak Bulus sebagai kajian. Tetaplah waspada. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: