Sebulan Salurkan 6000 Paket

Sebulan Salurkan 6000 Paket

Meski ’’hanya’’ isolasi mandiri karena gejala relatif ringan, pasien Covid-19 menghadapi berbagai tantangan. Mereka tidak bisa berinteraksi dengan orang lain. Mau berbelanja kebutuhan pun sulit. Di sinilah komunitas GUSDURian Surabaya bergerak.

 

’’KAMI adalah kumpulan pecinta almarhum Gus Dur (Abdurrahman Wahid, Red). Komunitas kami bersifat nasional. Pusatnya di Jogjakarta,’’ ungkap Yuska Harimurti, aktivits GUSDURian Surabaya. ’’Tapi setiap daerah diberi keleluasaan untuk mengadakan kegiatan apapun selama positif dan bermanfaat,’’ lanjutnya.

Yuska dan anggota GUSDURian regional Surabaya sudah melihat efek domino dari penyebaran virus korona baru sejak kali pertama merebak di Indonesia. Ekonomi paling terdampak. Mereka menginisiasi bantuan sejak telah dicanangkan mulai Maret 2020.

Mereka membuat paket dengan total nominal sekitar Rp 400 ribu. Berisi uang tunai, sembako, dan kebutuhan sehari-hari. Pembagian dilaksanakan secara swadaya di sudut-sudut kota. Pesan yang diangkat adalah agar masyarakat saling mendukung. ’’Dari sana kami sepakat menamainya sebagai Gerakan Saling Jaga Surabaya,” sebut koordinator regional Surabaya tersebut.

Komunitas GUSDURian menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Baik lokal maupun nasional. Karena itu, ide mereka bisa dengan cepat menjaring pihak-pihak terkait. Yuska membuka pihak rekanan untuk turut berdonasi dalam bentuk apapun.

Alhasil bantuan semakin variatif. Para anggota komunitas turut membuat kampanye penegakan protokol kesehatan. Tapi kenyataan tidak sesuai harapan. Varian Delta menyebar tak terkendali. Jumlah pasien meningkat tajam. Pria 45 tahun itu terdorong untuk meneruskan kembali program sosial yang sudah dijalankan setahun lebih.

 

Mulai Fokus Membantu Masyarakat Isoman

Rumah sakit yang kewalahan memaksa ribuan pasien menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing. Teknisnya sederhana. Pasien harus mengisolasi diri sampai benar-benar sembuh. Selama itu tidak boleh ada interaksi dengan siapa pun. Padahal, membutuhkan berbagai logisti. Misalnya makanan sehat, vitamin, dan obat-obatan. Tak sedikit pasien yang kesulitan memenuhi kebutuhan itu. GUSDURian Surabaya mulai memfokuskan bantuan kepada kalangan tersebut.

Setelah dijalankan selama beberapa harii, tanggapan positif datang dari komunitas lain. Bantuan kepada yang sedang isoman, menurut Yuska, didukung sekitar 20 perkumpulan dan organisasi. Mulai dari kalangan Tionghoa, komunitas olahraga, dan lain sebagainya. Bahkan ada satu perkumpulkan dari luar negeri.

’’Mereka menyebut diri sebagai perkumpulan karyawan Indonesia yang bekerja di Perth, Australia. Ada yang dari Surabaya. Akhirnya menjalin komunikasi,’’ ungkap Yuska. ’’Bantuan disalurkan melalui transfer bank. Tapi, itu sudah membuktikan bahwa orang-orang itu tetap ingat sama daerah asal, meski sedang merantau jauh,’’ katanya.

Prosedur pasien isoman untuk mendapatkan bantuan pun sederhana. Mereka hanya perlu mendaftar melalui narahubung yang tercantum di media sosial. Verifikasi cukup dengan menunjukkan bukti hasil swab. Setelah itu langsung masuk ke dalam daftar penerima bantuan.

’’Saya prihatin dengan kalangan pekerja harian yang positif. Supir angkot, ojol, kru musik, pegawai kafe, dan lainnya,’’ sambat Yuska. ’’Pendapatan mereka menurun karena pandemi. Kalau mereka positif Covid, kondisi makin buruk. Keluarganya pun sudah pasti terkena dampaknya. Terutama kalau yang positif itu suami,’’ imbuh Yuska.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: