Serial Dimaz Muharri (7): Pilih ke Surabaya atau Lanjutkan Kuliah

Serial Dimaz Muharri (7): Pilih ke Surabaya atau Lanjutkan Kuliah

Rabu (25/8/2021), Dimaz Muharri menghadiri sidang di PN Surabaya. Ia sedang berjuang menghadapi gugatan perdata yang diajukan mantan klubnya, CLS Knights. Gugatan yang membuat semua atlet di Indonesia harus menengok lagi isi kontrak mereka.

---

KEDIGDAYAAN STMIK-Mikroskil berlanjut di Liga Basket Mahasiswa (Libama) Nasional 2006.  Tidak ada tim yang bisa menandingi tim basket dari Medan tersebut. Peran Danny Kosasih cukup besar di tim tersebut. Pemilik nama lahir Kho Po Thay itu memang punya segudang pengalaman di basket. Mulai dari menjadi pemain, pelatih, manajer timnas basket, hingga pengurus Perbasi.

Ada 10 tim peseta Libama Nasional Utama 2006. Selain STMIK-Mikroskil Medan ada STIE Perbanas, UGM, Universitas Parahyangan, STIE Kesatuan Bogor, Unpad, Universitas Indonusa Esa Unggul, STIE Bhakti Pembangunan Jakarta, Universitas Pelita Harapan Tangerang, dan Universitas Surabaya.

Ubaya merupakan tim debutan. Namun langsung menjadi tuan rumah seri pertama. STMIK-Mikroskil langsung bertemu Ubaya di laga pembuka pada 31 Juli 2005. Hasilnya, Ubaya menyerah 48-95.

Mikroskil kembali masuk Final Four. Setelah mengalahkan STIE Bhakti Pembangunan dengan skor 80-62, Dimaz cs kembali bertemu STIE Perbanas Jakarta di fibal. "Jadi memang kayak musuh bebuyutan gitu Perbanas ini," kata Dimaz.

STMIK-Mikroskil menjadi juara Libama Nasional Utama 2006 setelah menang dengan skor 70-66. Kaptem tim Ricky Kurniawan menjadi point guard terbaik sekaligus MVP pada laga final. "Kalau MVP-nya Pringgo Regowo. Ia nangis waktu penyerahan trofi karena timnya gagal juara," kenang Dimaz.

Itulah Libama kedua dan terakhir bagi Dimaz. Juga bagi STMIK-Mikroskil. Pada 2007, ada masalah antara pihak kampus dan pengelola tim. Dimaz tidak terlalu paham masalahnya apa. Intinya tim basket dibubarkan. STMIK-Mikroskil sebagai juara bertahan tidak ikut Libama Nasional 2007.

Saat itulah Danny Kosasih memperkenalkan seseorang bernama Christopher Tanujaya. Para pemain STMIK Mikroskil termasuk Dimaz ditawari pindah ke Surabaya. "Opsinya dua. Ikut pindah ke Surabaya atau tetap di Medan melanjutkan kuliah di STMIK-Mikroskil," kata pemain basket yang mengidolakan Giannis Antetokounmpo, pemain klub NBA Milwaukee Buck asal Yunani itu.

Tentu dilema bagi para pemain. Pindah ke Surabaya dijanjikan ditampung oleh klub basket di kota itu. Tapi itu artinya harus berhenti kuliah. Sementara kalau melanjutkan kuliah di Medan, tim basketnya sudah tidak ada. Para mahasiswa ini memang gila basket. Tapi juga ingin mendapat gelar sarjana.

"Saya akhirnya memutuskan untuk ikut ke Surabaya. Ada tiga teman satu tim yang memutuskan untuk meneruskan kuliah di Mikroskil," kata Godim, sapaan Dimaz oleh kakaknya.

KEBERSAMAAN Dimaz Muharri dan istrinya, Selvia Wetty, menunggu dimulainya sidang di PN Surabaya. (Foto: Rizal Hanafi-Harian Disway)

Dari situlah awal mula Dimaz Muharri meniti karir sebagai pemain basket profesional. Ia akhirnya bergabung dengan CLS Knights. Di klub itu nama Dimaz berkibar. Dengan nomor punggung 17 yang selalu ia kenakan. Sampai akhirnya klub tersebut tega menggugat Dimaz untuk membayar hampir Rp 400 juta. Juga mengajukan penyitaan atas rumah Dimaz di Surabaya dan rumah warisan ayah Dimaz di Binjai. Ayah Dimaz baru meninggal dunia pada Oktober 2020.

Rabu (25/8/2021), Dimaz kembali hadir di PN Surabaya. Ia didampingi istrinya, Selvia Wetty. Hampir 4 jam Dimaz menunggu sidang yang molor. Seharusnya, sesuai jadwal, sidang dimulai pukul 10.00. Namun, baru dimulai pukul 14.00. Itu sudah jadi hal biasa di pengadilan di Indonesia.

Dalam sidang tersebut, tim kuasa hukum Dimaz menyerahkan 13 bukti kepada hakim. ”Bukti yang kami berikan tadi semuanya asli. Hanya peraturan pelaksanaan Indonesian Basketball League (IBL) yang copy,” kata Krisdiyansari Kuncoro Retno, kuasa hukum Dimaz, saat ditemui Harian Disway, usai persidangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: