Surabaya Belum Izinkan PTM SD
Seharusnya pelajar SD dan SMP di Surabaya mulai sekolah mulai hari ini (1/9). Namun, keputusan itu diralat karena sekolah masih belum siap.
——
Guru SDN Airlangga 1 Shanti Sri Rejeki sibuk dengan kamera ponselnya kemarin (31/8). Dia mengarahkan teman-temannyi ke tempat cuci tangan yang ada di halaman sekolah sembari terus merekam.
Sepuluh guru itu berperan sebagai murid. Mereka memeragakan cara cuci tangan yang benar, berbaris masuk kelas, dan tata cara belajar dalam kelas. “Satu meja satu orang,” kata guru kelas VI itu.
Video tersebut akan disebarkan ke wali murid. Sekolah menunjukkan bahwa PTM sudah siap dilakukan. Harapannya, wali murid tidak was-was melepas anaknya ke sekolah lagi.
Maklum, sudah satu setengah tahun siswa SD tidak ke sekolah. Terutama kelas 1 dan 2 yang belum pernah bertemu teman dan gurunya secara langsung.
PTM sangat tergantung pada persetujuan wali murid. Jika tidak yakin dengan keamanan sekolah, mereka boleh minta pembelajaran daring.
Sekolah berusaha meyakinkan semua wali murid agar mau mengirim anaknya ke sekolah lagi. Dengan begitu guru tidak perlu kerja dua kali: mengajar di sekolah dan daring. “Kami kangen ingin mengajar langsung. Beda rasanya dibanding mengajar online,” ujar koordinator kesiswaan SDN Airlangga 1 itu.
Sayangnya, harapan Sri harus ditunda dulu. Pemkot belum menyalakan lampu hijau untuk PTM SD.
Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah Dasar (K3S) Matrai Faridhin mengatakan, pada awalnya kelas 6 SD diperbolehkan PTM. Namun ketika rapat pada Senin (30/8) keputusan itu dibatalkan.
Sebagian besar dokter anak tidak membolehkan. Pemkot tidak mau ambil resiko meski pada surat keputusan bersama (SKB) 4 menteri, PTM sudah boleh digelar.
Sebagian SD juga masih jadi rumah sehat. Yakni tempat isolasi pasien covid-19 di setiap kelurahan. Termasuk SDN Airlangga 1.
Pemkot belum menyinggung sama sekali soal rumah sehat itu dalam rapat. Bahkan sampai kemarin, bed dan fasilitas isolasi pasien masih terpasang di ruang kelas III.
Matrai sudah menghadap Camat Gubeng. Hasilnya tidak ada perintah untuk membongkar rumah sehat. “Padahal tidak ada satupun pasien yang pernah menginap di SDN Airlangga 1,” kata Kepala SDN Airlangga 1 itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: