Presiden Jokowi Waspadai Varian Mu

Presiden Jokowi Waspadai Varian Mu

Muncullah ucapan fenomenal Jokowi: Warga dilarang mudik. Sedangkan di saat lain, membolehkan orang pulang kampung. Mudik stop. Pulang kampung boleh.

Pernyataan itu sangat menyenangkan publik, sebagai bahan olok-olok. Di rumah-rumah, di warung-warung, dan terutama di medsos. Orang mengolok-olok presiden pilihan rakyat: ”Mudik stop, pulkam boleh.”

Meskipun, secara konotatif, dua kalimat itu beda. Mudik dikonotasikan sebagai: Pulang kampung (hanya) di waktu Lebaran. Pulang kampung bisa sewaktu-waktu. Tapi, tetap saja publik menjadikan itu sebagai topik gurauan.

Sebenarnya, Jokowi sedang mengarahkan pesawat: Rem pol, gas pol.

Akibat di masyarakat, arus mudik berlangsung secara mengendap-endap. Ada blokade di jalan besar, warga pencar masuk jalan tikus. Bahkan, warga daerah merangsek Jakarta sehingga lokasi wisata Ancol sangat ramai, penuh manusia.

Dengan begitu, warga kelas menengah bawah, beli-beli. Yang terjadi begini: Warga menengah atas sudah melonggarkan ”quiet and see”. Di kelas menengah bawah, euforia beli-beli. Ekonomi menggeliat.

Kuartal II 2021 year-on-year jadi positif nggak tanggung-tanggung: 7,07 persen. Sukses bidang ekonomi.

Memang, bukan hanya faktor ”beli-beli” itu. Ditunjang banyak hal. Ekspor tumbuh (year-on-year) 31,78 persen. Konsumsi rumah tangga tumbuh 5,93 persen. Penjualan eceran tumbuh 11,62 persen. Indeks keyakinan konsumen di level 104,42. Investasi tumbuh 7,54 persen. Belanja modal dari APBN naik 45,56 persen.

Itu didukung konsumsi pemerintah tumbuh 8,06 persen. Oleh belanja barang dan jasa yang naik 82,1 persen serta belanja pegawai tumbuh 19,79 persen.

Fakta bahwa seluruh tim kendali pesawat berkontribusi penuh. Mendukung pilot, mengikuti arahan pengarah jalur, Jokowi.

Tak kalah penting, angka 7,07 persen itu bertumpu pada basis yang rendah (low-base effect). Dibanding pertumbuhan negatif pada kuartal II 2020, yang minus 5,32 persen.

Artinya, tumpuannya rendah. Sehingga naik sedikit saja, angka kenaikan jadi besar. Itu sekaligus menjawab rumor ketidakpercayaan publik terhadap angka 7,07 persen. Yang seolah-olah tidak murni.

Pekerjaan tim yang sulit tingkat internasional, masih dipersulit suara publik melalui medsos.

Pantas, Jokowi mewanti-wanti menteri perhubungan, mencegah varian Mu. Yang tak mempan vaksin itu. Kalau Mu sampai masuk Indonesia, vaksinasi yang sudah lumayan ini bakal ambyar. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: