Anggap Presiden Afghanistan Pengecut
Ayub masih ingin membawa perubahan di negaranya. Setelah lulus S-3 di Unair pada akhir 2019, ia hendak kembali ke Afghanistan. Tujuannya untuk memberi sumbangsih ke negaranya. Bahkan tesisnya membicarakan Taliban. Mulai bisnis gelap yang mereka jalani sampai faktor-faktor keberadaan Taliban.
Pada Januari 2020 ia sampai ke Afghanistan. Ia mencoba melamar pekerjaan di berbagai tempat. Mulai dari pemerintahan sampai dosen. Sayangnya selama setahun ia mencari tidak ada satu pun pekerjaan yang didapatkan.
Menurut Ayub kondisi di negaranya memang sedikit aneh. Tidak mudah diterima bekerja di pemerintahan. Apalagi bila bukan keturunan dari Pashtun. Memang tidak semua pegawai pemerintah berisi orang Pashtun. Tapi petingginya kebanyakan orang yang berasal dari suku tersebut.
Sehingga tidak jarang pemerintah menggunakan sentimen kesukuan ketika memilih anggotanya. Ayub menjelaskan tidak ada data statistik yang akurat mengenai jumlah suku di Afghanistan. Tetapi Tajik dan Pashtun mengklaim bahwa suku mereka mayoritas.
Faktanya, suku Pasthun sering mendapat jatah di pemerintahan. Sedangkan suku lain tidak. Rajanya terakhir juga berasal dari Pashtun. Bahkan Taliban juga banyak berasal dari suku tersebut.
Sayangnya Ayub berasal dari Tajik. ”Klaim mayoritas ketiga adalah Hazara. Kalau suku itu kebanyakan dari Islam Syiah. Sedangkan Tajik dan Pashtun mayoritas Islam Sunni,” kata bapak dua anak tersebut.
Ayub juga sempat melamar sebagai dosen di beberapa universitas Afghanistan. Tidak ada yang menerima. Alasannya banyak dosen di sana hanya bergelar master. Belum sampai doktor. ”Mereka mungkin takut saya menggeser posisinya,” ujarnya.
Alhasil Ayub melamar pekerjaan di Unair jurusan HI. Beruntung ia berhasil diterima sebagai dosen luar biasa di kampus tersebut. Awal 2021 Ayub kembali ke Indonesia. Sebelum Taliban mengusai Kabul.
Total, Ayub sudah delapan tahun tinggal di Indonesia, sejak kuliah S-2 di Unair pada 2013 lalu. Cita-citanya tidak lagi menjadi diplomat. Melainkan mencari kebebasan dalam hidupnya. Sebab ia sudah sangat kecewa dengan negaranya. (Andre Bakhtiar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: