Simulasi untuk SD Dilanjutkan
SUDAH seminggu simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) Sekolah Dasar (SD) di Surabaya diselenggarakan. Simulasi masih dilanjutkan pada minggu ini. SD di Surabaya tetap belum boleh PTM terbatas. Berbeda dengan di Sidoarjo yang sudah menggelar PTM teratas, bahkan untuk anak Taman Kanak-Kanak (TK).
Kabid Sekolah Dasar Dispendik Surabaya M. Aries Hilmi mengatakan, simulasi PTM berjalan lancar. SD di Surabaya semuanya mematuhi protokol kesehatan. Serta sesuai dengan aturan yang ada.
Jumlah SD yang melaksanakan simulasi PTM juga meningkat. Awalnya hanya 88 SD yang melaksanakan simulasi. Kemudian pada hari Jumat bertambah menjadi 183 SD baik negeri dan swasta. ”Yang siap untuk simulasi cukup banyak,” katanya.
Agar mendapat izin simulasi PTM, sekolah diwajibkan lolos asesmen terlebih dulu. Yakni berupa penilaian sarana dan prasarana di sekolah. Setelah lolos asesmen, sekolah diperbolehkan melakukan simulasi. Setelah lulus simulasi baru bisa mengadakan PTM terbatas.
Menurut Aries, perbedaan simulasi dan PTM terbatas terletak pada jumlah kelas. Untuk simulasi hanya 2 kelas yang diperbolehkan. Sedangkan untuk PTM terbatas boleh lebih dari dua kelas. ”Tapi minggu ini kami masih memakai sitem simulasi. Peserta hanya 25 persen dari total seluruh murid 2 kelas. Total jam pelajaran hanya 2 jam,” katanya.
Ketua Dewan Pendidikan Surabaya Juli Poernomo membenarkan bahwa SD memang belum bisa menggelar PTM terbatas. Sebab hasil dari evaluasi selama seminggu belum keluar. Bila hasil itu sudah keluar, serta hasilnya memuaskan, kuota SD yang boleh menggelar PTM akan dibuka lebih banyak lagi.
Juli juga menagih komitmen wali murid untuk mau mengantar dan menjemput siswa. Memang tidak ada aturan tegas bila wali murid melaksanakan antar jemput. Tapi sekolah dibolehkan menegur wali murid yang tidak melaksanakan itu. Sebab ketika wali murid memberikan izin, artinya mereka sudah siap antar jemput. ”Tujuan antar jemput kan agar wali murid berpartisipasi. Agar anak ini tidak kelayapan setelah pulang sekolah,” katanya.
Kepala SDN Airlangga I Matra I Faridhin mengatakan, siswa di sekolahnya rata-rata diantar jemput. Namun ada beberapa siswa yang berangkat dan pulang sendiri. Sebab pelajar tersebut rumahnya dekat. Selain itu, sekolah juga tahu keberadaan rumah siswa tersebut.
”Jadi yang mengawasi satgas guru. Guru itu membuntutinya sampai benar-benar sampai rumah. Jadi tetap mereka dipastikan tidak kelayapan,” katanya.
Sedangkan untuk evaluasi, sekolah sudah membuat video selama pembelajaran berlangsung. Kemudian video itu dikirimkan ke dispendik. Petugas evaluasi juga datang langsung ke lokasi. ”Petugas tidak ada obrolan apa pun. Jadi status sekolah masih simulasi,” ujar Matra. (Andre Bakhtiar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: