Serial DImaz Muharri (26): Pamit Lewat Surat Terbuka

Serial DImaz Muharri (26): Pamit Lewat Surat Terbuka

Pebasket Dimaz Muharri akhirnya bisa menyelesaikan bisa menyelesaikan seluruh pembayaran yang diminta oleh CLS Knights tepat waktu. Totalnya Rp 148 juta. Ia mendapat pinjaman dari kakak dan tantenya. Persoalan ternyata belum selesai.

---

SETELAH menyelesaikan seluruh tagihan, Dimaz kembali bertemu dengan General Manager CLS Knights Ferry. Pertemuan berlangsung di markas CLS, GOR Kertajaya. GOR yang dilengkapi dengan mess atlet. Dimaz sempat tinggal di mess itu saat masih bujangan. Ketika awal menginjakkan kaki di Surabaya setelah diboyong dari STMIK-Mikroskil Medan.

Saat itu pagi hari. Rekan-rekannya sedang berlatih di GOR itu. Dimaz kira persoalan selesai setelah ia membayar semua permintaan CLS. Termasuk mengembalikan gaji yang telah ia terima pada tahun itu. Ia akan berpamitan kepada Ferry, pelatih Wahyu Hidayat Jati, dan para pemain CLS Knights. "Saat itu saya diminta membuat surat terbuka dengan tulisan tangan," kata pebasket asal Binjai itu.

Surat itu berisi tentang permohonan Dimaz mundur dari CLS Knights dan akan dipublikasikan. Saat itu juga Dimaz menulis di atas selembar kertas terkait pengunduran dirinya dari CLS Knights. Surat itu kemudian diserahkan kepada Ferry.

Oleh Ferry, surat itu ditolak. Sebab, di surat itu Dimaz tidak menulis bahwa ia tidak akan menjadi atlet basket lagi. Akhirnya, Dimaz menulis kembali surat yang baru. Sesuai dengan yang diinginkan oleh Ferry. Barulah surat itu disetujui. Baca saja isi suratnya.

SURAT PAMIT Dimaz Muharri yang dipublikasikan. 

Selain itu, seperti ditulis di edisi sebelumnya, Dimaz diminta menandatangani empat surat sekaligus. Semuanya sudah disiapkan oleh Ferry. Salah satunya surat pengakuan utang senilai Rp 393,6 juta. Dimaz tidak pernah berutang sebanyak itu kepada CLS. Ia memang pernah berutang kepada CLS. Nilainya hanya Rp 56 juta. Dan itu sudah lunas dibayar bersamaan dengan pengembalian uang kontrak dan gaji senilai Rp 148 juta.

Tapi Dimaz diminta tetap menandatangani surat pengakuan utang senilai hampir Rp 400 juta itu. Alasan Ferry, kata Dimaz, utang itu berlaku apabila Dimaz sebelum 2017 ternyata bergabung ke klub basket lain. CLS tidak mau Dimaz bermain di klub lain sampai kontraknya habis pada 2017.

Dimaz setuju karena memang ia tidak berniat bergabung ke klub lain. Setidaknya sampai 2-3 tahun ke depan. Tapi Dimaz tidak teliti. Ia tidak mencermati bahwa dalam surat itu tidak ada batasan waktu sampai kapan ia tidak boleh menjadi pemain basket di klub profesional. "Saya mikirnya yang penting cepat selesai. Dan CLS itu bagi saya seperti keluarga. Tidak mungkin CLS akan jahat pada saya," kata pelatih basket di DBL Academy, sekolah basket untuk anak-anak usia 7-15 tahun.

Begitu urusan surat menyurat selesai, Dimaz berpamitan kepada Ferry. "Kapan-kapan saya boleh main-main untuk latihan di sini ya, Koh," ujar Dimaz kepada Ferry. Jawaban Ferry di luar dugaan Dimaz.

"Ngapain kamu ke sini lagi. Kamu kan sudah bukan orang CLS lagi," kata Ferry. Begitu ngenes Dimaz mendengar jawaban itu. Ia pun meninggalkan Ferry dan menemui para pemain CLS yang berlatih di lapangan GOR Kertajaya. Ia berpamitan. Suasana begitu haru. Berat rasanya bagi Dimas harus mengucapkan salam perpisahan hari itu. Ia juga berpamitan dengan pelatih CLS Knights Wahyu Hidayat Jati.

"Main-main ke sini Dimaz. Latihan bareng teman-teman," kata Wahyu kepada Dimaz. "Tapi itu kalau manajemen boleh ya," sambung Wahyu lagi.

GENERAL MANAGER CLS Knights Indonesia Ferry dan shooting guard CLS Brandon Jawato (16/10/2018). (Foto: CLS Knights via Antara)

Dimaz pun pulang dengan sedih. Di sisi lain ia lega. Urusan pengunduran dirinya selesai. Begitu Dimaz pikir saat itu. Ia belum sadar bahwa ia sudah terjebak dengan surat pengakuan utang yang dibuat oleh Ferry.

Saatnya fokus mencari pekerjaan baru. Tentu yang masih terkait dengan basket. Ia mendengar DBL akan membuka sekolah basket di Surabaya. Dimaz tentu sudah kenal baik orang-orang DBL. Ia pernah merasakan bagaimana DBL menggelar kompetisi basket NBL secara megah dan profesional. Ia tahu persis bagaimana komitmen DBL dalam memajukan basket di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: