Tak Mudah Singkirkan Taliban
Gerakan Taliban sebatas di Afghanistan. Tidak menjadi gerakan multinasional ala Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Tetapi, akar Talibat terasa begitu kuat menancap.
MOHAMMAD Ayub Mirdad mengambil sebatang rokok di meja sebelah tempat duduknya. Ia suka merokok. Tapi tidak semua merek rokok disukainya. Rokok yang di meja itu, katanya, mirip dengan rokok Afghanistan. Tembakaunya tidak terlalu manis.
Sembari menyedot, benak Ayub terlontar ke negaranya. Tentang rasa dongkol terhadap pemerintahan Ashraf Ghani. Tentang kesulitannya mendapatkan pekerjaan di sana.
Kini Afghanistan sepenuhnya di tangan Taliban. Perdana Menteri negara itu, Mullah Mohammad Hassan Akhun dituduh sebagai teroris menurut daftar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Jajaran kabinet Afghanistan juga dinilai bermasalah. Salah satunya Mendagri Afghanistan Sirajuddin Haqqani. Ia merupakan buronan Badan Intelijen Federal Amerika Serikat (FBI). Harga kepalanya bernilai Rp 142 miliar.
Sirajuddin merupakan anak mendiang pendiri Jaringan Haqqani, Jalaluddin Haqqani. Kabarnya kelompok itu paling ditakuti di Afghanistan.
Kekhawatiran Ayub terkait Taliban akhirnya terbukti. Tidak ada kedamaian yang dijanjikan. Apalagi kabinet negaranya berisi orang-orang bermasalah. Ditambah Taliban memiliki pandangan berbeda tentang mengatur negara.
”ISIS memakai istilah khalifah. Pemimpin umat Islam. Sedangkan Taliban memakai istilah mullah. Ideologi Taliban tidak lebih dari menguasai Afghanistan. Bukan global seperti ISIS,” ujar Ayub.
Istilah mullah di Afghanistan merupakan sebuah gelar. Setara dengan imam masjid. Selain mullah ada juga istilah mawlawai. Yakni sebutan untuk para ulama. Sebenarnya keduanya masih merujuk pada istilah imam. ”Saya susah menggambarkannya. Intinya keduanya setara. Dan itu semua yang sering dipakai,” ujar Ayub.
Ayub mengatakan, hampir semua pemimpin Taliban menggunakan istilah mullah. Mereka selalu mendeklarasikan diri sebagai ulama. Orang yang sangat mengerti agama. Sehingga menjadi wajar jika Akhund juga memakai gelar mullah di depan namanya. Begitu juga dengan Mohammad Omar. Pemimpin Gerakan Taliban pertama itu juga memakai gelar mullah.
Padahal gelar mullah mereka bisa dipertanyakan. Sebab penelitian yang dibuat Ayub saat kuliah di Universitas Airlangga membuktikan bahwa Taliban sangat dekat dengan perilaku kriminal. Meski begitu, Taliban sangat sulit disingkirkan.
Ayub mempertanyakan alasan PBB tidak turun tangan ketika Taliban kembali berkuasa. Ia menduga kekuatan Taliban karena ada campur tangan dari negara asing. Terutama Pakistan. Yang dari awal pembentukan sangat mendukung kelompok itu.
”Meski Afghanistan kecil, tapi mereka punya sumber daya alam besar. Misalnya lithium, uranium, dan batu permata. Lithium, bahan pembuatan baterai itu memang sedang menjadi incaran negara asing. Mungkin karena itu, negara kami tidak bisa berdiri sendiri,” ungkap Ayub.
Selain itu, Taliban juga memiliki bisnis ilegal. Yakni perdagangan narkotika. Hasil penjualan itu digunakan untuk menutupi biaya keperluan Taliban. Mulai persenjataan, sampai kehidupan harian kelompok.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: