Kafe Robot yang Dikendalikan Penyandang Disabilitas
Oleh: Jessica Ester
Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Jogjakarta, peserta magang di Harian Disway
LELAKI muda itu tampak biasa saja. Seperti orang Jepang pada umumnya. Tidak ada yang mencolok. Rambut hitam legam dengan model belah tengah yang menggantung diatas bahu, membuatnya terlihat misterius. Ditambah lagi dengan selera berpakaiannya yang serba hitam.
Ia tak pernah muncul di depan publik menggunakan selain warna itu. Dengan gayanya yang seperti ini, ia lebih mirip sebagai pesulap daripada seorang CEO Perusahaan Robot.
Dia adalah Kentaro Yoshifuji. Pemuda asal Negeri Sakura ini adalah seorang pengusaha sekaligus pendiri Ory Laboratory, sebuah industri pencipta robot. Salah satu proyek yang membuat namanya semakin dikenal adalah The Dawn Café. Ia memadukan teknologi dan misi kemanusiaan.
Dawn Café memiliki pelayan robot bernama OriHime. Robot itu dioperasikan para pekerja dengan gangguan fisik dan mental dari tempat kediaman masing-masing. Robot tersebut menjadi media komunikasi antara pengunjung dan pekerja.
Kafe yang terletak di distrik Nihonbashi Tokyo pusat ini memiliki sekitar 50 pekerja disabilitas yang berlokasi di seluruh Jepang dan bahkan luar negeri. Maka, kafe itu memberikan peluang besar bagi mereka yang kesulitan untuk bekerja di luar rumah.
Seperti Michio Imai, salah satu staf di Dawn Café yang memiliki gejala somatik sehingga membuatnya sulit meninggalkan rumah. Ia tinggal di kota Hiroshima yang jaraknya sekitar 800 km jauhnya dari kafe itu. Dengan teknologi ini, Imai dapat menyapa pelanggan secara tidak langsung. “Saya berbicara dengan pelanggan tentang banyak hal, termasuk cuaca, kampung halaman, dan kondisi Kesehatan saya,” kata Imai.
Konsep kafe itu memang sengaja dibuat interaktif. Para pengunjung juga kerap kali memberi pujian atas keramahan para pekerjanya. Maka dari itu, mereka tak hanya datang ke Dawn Café untuk melihat kecanggihan teknologinya, tetapi juga orang yang mengoperasikan OriHime di belakang layar.
“Selama saya masih hidup, saya ingin memberikan sesuatu kepada masyarakat dengan bekerja. Saya merasa senang jika saya bisa menjadi bagian dari masyarakat,” ucap Imai.
Robot humanoid yang keluar dari ruang dapur Dawn Cafe, Tokyo. Robot-itu dikendalikan penyandang disabilitas dari jarak jauh.
(Foto: Agence France-Presse)
Sekitar 20 robot mini dengan mata berbentuk almond duduk di atas meja. OriHime memiliki fitur kamera, mikrofon, dan speaker untuk memungkinkan operator berkomunikasi dengan pelanggan dari jarak jauh.
Melalui robot mini itu, pengunjung dapat memesan menu Dawn Café sambil bercakap dengan pilot robot itu. Ada juga robot barista dengan celemek coklat yang duduk di bar. Ia bisa membuat kopi dengan french press. Robot yang mengantar pesanan beda lagi. Ukurannya lebih besar, lebih mirip manusia.
Tiap-tiap operator memiliki kegunaan dan fungsi yang berbeda, tergantung jenis disabilitas yang dimiliki oleh si pekerja. Misalnya, untuk pengidap Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS). Penyakit ini menyebabkan turunnya fungsi motorik seseorang sehingga menjadi lebih lemah atau kaku. Maka, mereka menggunakan gerakan mata pada panel digital khusus supaya dapat mengirim sinyal ke robot.
Ide genius itu berawal mula dari masa kecil Yoshifuji yang menyedihkan. Ia pernah menderita serangan kesehatan yang buruk sehingga ia tidak dapat bersekolah dari usia 11 hingga 14 tahun. Kejadian ini membuatnya menjadi seorang anak yang anti-sosial dan kesepian. Selama musim panas yang seharusnya menjadi tahun pertamanya di sekolah menengah pertama, ia berpartisipasi dalam kontes robotika dan ajaibnya berhasil memenangkan hadiah pertama.
Bakatnya tak lagi terpendam. Kepintaran dan mentor dari para guru membuatnya berani mendaftar di sekolah menengah. Saat ini, ia menemukan mekanisme baru untuk kursi roda listrik dan memenangkan penghargaan dari Kementerian Pendidikan Jepang. Terlepas dari pencapaiannya yang luar biasa ini, masa lalunya tetap saja menghantui. Dia merasa tidak nyaman dan yakin dengan tujuan hidupnya.
Kentaro Yoshifuji, penggagas Dawn Cafe.
(foto: Agence France-Presse)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: