Serial Dimaz Muharri (28): Bangga, Anak Didik Masuk Timnas

Serial Dimaz Muharri (28): Bangga, Anak Didik Masuk Timnas

Kebanggaan seorang pelatih adalah melihat anak didiknya berhasil. Itulah yang dirasakan oleh Dimaz Muharri saat melihat M. Naufal Alifio Rizq masuk dalam skuad timnas elite muda.

---

TANTANGAN terbesar menjadi pelatih basket adalah saat melatih anak-anak usia 7-9 tahun. Menurut Dimaz Muharri, menghadapi anak-anak usia segitu harus punya kesabaran ekstra. Harus punya banyak trik.

"Di DBL Academy kami punya fun games untuk anak-anak. Dari permainan itu kita masukkan gerakan-gerakan basket," kata Dimaz.

Karakter anak-anak begitu bervariasi. Ada yang tiba-tiba ngambek saat lemparan bolanya gagal masuk. Ada yang mogok latihan. Ada juga yang asyik main-main sendiri. Kadang-kadang, kata Dimaz, coach harus kejar-kejaran dengan siswa untuk mengajak latihan.

"Tantangannya di situ. Ya gimana namanya anak usia segitu. Selesai latihan kami ketawa-ketawa sendiri kalau ingat kelucuan mereka," kata mantan point guard CLS Knights itu.

Dimaz banyak belajar bagaimana memahami karakter anak. Juga belajar bagaimana menghadapi orang tua siswa yang kadang-kadang ingin memaksakan keinginannya kepada anak. Dimaz dan coach yang lain biasanya memberikan pemahaman bahwa anak-anak tersebut tidak harus menjadi pemain basket. Berlatih di DBL Academy selain mendapat skill basket juga membentuk karakter agar anak.

KESERUAN anak-anak mengikuti program latihan di DBL Academy. (Foto: DBL Academy)

Sebagai mantan pemain profesional, Dimaz cepat menyesuaikan diri. Bekalnya cukup untuk menjadi pelatih. Ia langsung mendapat lisensi B dari Perbasi. Memang ada kebijakan dari Perbasi bahwa mantan pemain profesional yang menjadi pelatih bisa langsung mendapat lisensi B.

Dimaz biasanya 8-10 jam sehari berada di DBL Academy. Biasanya ia datang siang setelah jam makan siang dan pulang pukul 21.00 hingga 22.00. Jadwal latihan memang dari pukul 14.00-20.00.

Awal menjadi pelatih, Dimaz harus mencari ear gauges yang tertutup. Ia merasa tidak enak bila anak-anak melihat lubang besar di kupingnya. Saat menjadi pemain profesional, Dimaz melubangi kupingnya hingga 15 mm. Ia meniru vokalis Incubus Brandon Boyd.

Untuk melihat kemampuan siswa, biasanya diadakan turnamen internal. Siswa dibagi dalam sejumlah tim dan saling bertanding. Beberapa pemain pilihan juga diajak untuk ikut tryout di Malaysia dan Thailand.

Yang paling membanggakan Dimaz apabila ada siswa yang berprestasi. Salah satunya M. Naufal Alifio Rizq. Naufal masuk DBL Academy di usia 12 tahun. Masih SMP. Ia kemudian menjadi center tim basket SMAN 20 Surabaya di kompetisi DBL. Pernah terpilih sebagai all-star dan ikut DBL Camp 2018 ke Amerika serikat.  Kini Naufal kuliah di Unair. "Dan ia terpilih sebagai pemain timnas junior. Itu luar biasa," kata Dimaz.

Timnas junior yang oleh Perbasi disebut Timnas Elite Muda juga ikut kompetisi IBL 2020 dengan nama tim Indonesia Patriots. Perbasi memang memproyeksikan timnas elite muda itu sebagai pemain basket masa depan Indonesia. Mereka adalah hasil seleksi ketat yang dilakukan Perbasi.

GENERAL MANAGER DBL Academy Yondang Tubangkit. 

General Manager DBL Academy Yondang Tubangkit merasa puas dengan kinerja Dimaz selama ini. Menurut Yondang, Dimaz punya personality yang kuat. "Dan ia perhatian saat mengajari anak-anak," kata Yondang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: