KD
Karena itu wajar kalau banyak selebriti yang hijrah ke politik. Wajar juga kalau panggung politik kemudian menjadi semacam lompatan karir bagi para selebriti. Keterkenalan para selebriti itu menggoda partai politik yang kemudian tertarik merekrut mereka menjadi vote getter, pengumpul suara.
KD berangkat dari PDIP dari dapil Malang Raya, Jawa Timur. Ia dengan mudah melenggang ke Senayan, karena Malang adalah daerah kelahiran KD, dan PDIP mempunyai pendukung yang fanatik di wilayah itu.
PDIP bukan satu-satunya partai yang menjadikan selebriti sebagai pemanis dan penarik suara. Hampir semua partai memakai selebriti untuk menarik massa. Dulu, Partai Amanat Nasional (PAN) dikenal sebagai partai yang paling banyak menarik artis untuk menjadi caleg. Saking banyaknya, sampai PAN diplesetkan menjadi ’’Partai Artis Nasional’’.
Langkah PAN ini sekarang ditiru banyak partai lain. Para artis itu pun menjadi rebutan, dan banyak yang pasang tarif untuk gabung ke satu parpol. Para artis itu banyak yang menjadi kutu loncat dan berpindah ke partai yang berani membayar paling tinggi.
Nama besar dan keterkenalan saja tidak cukup bagi seorang selebriti. Banyak yang punya nama besar tapi tidak berhasil. Komedian Eko Patrio termasuk yang sukses karena punya bakat politik yang lumayan. Awalnya ia menjadi anggota DPR dari PAN melalui dapil Nganjuk, kampung halamannya. Pada pemilu 2019 Eko digeser ke dapil DKI, dan tetap bisa memenangkan kursi DPR RI.
Posisi Eko yang kosong di Nganjuk diisi oleh artis Denada, tapi ternyata gagal mendapatkan kursi. Ini menjadi bukti bahwa keterkenalan saja tidak cukup. Perlu kerja keras dan modal. Eko Patrio punya syarat-syarat itu. Dia sekarang dipercaya menjadi ketua PAN DKI, dan Eko berhasil meningkatkan perolehan kursi PAN di DPRD DKI secara signifikan.
Ada pula artis yang gagal tapi kemudian dikatrol oleh partainya. Penyanyi Mulan Jameela mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dari dapil Jawa Barat mewakili Partai Gerindra. Suaranya tidak cukup dan gagal melenggang ke Senayan. Tapi, campur tangan pimpinan partai akhirnya membuat Mulan bisa menjadi anggota DPR, menggeser pemenang yang memperoleh suara lebih banyak darinya.
Mulan bersama KD sekarang menjadi selebriti Senayan. Mirip dengan KD, Mulan juga mengalami culture shock. Di awal-awal masa kedewanannya, Mulan ditegur karena dianggap meng-endorse sebuah produk komersial di media sosial. Mulan lupa bahwa dia politisi bukan penyanyi.
Tidak semua penyanyi pintar menyanyi ketika sudah menjadi anggota DPR. Umumnya malah para penyanyi itu lebih banyak diam di DPR. Fungsinya sebagai penyanyi diambil alih oleh para penyanyi politik yang sering muncul berdebat di berbagai platform media. Para politisi yang suka berkomentar—benar atau salah—disebut sebagai politisi vokal, dan dijuluki sebagai ’’Vokalis Senayan’’.
Para Vokalis Senayan itu selalu rajin berbicara mengenai ’’pendapatnya’’. Tapi, dia pasti menghindar ketika disuruh bicara mengenai ’’pendapatannya’’. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: