Pekerja Migran Jalani Karantina Dobel

Pekerja Migran Jalani Karantina Dobel

KEMENTERIAN Perhubungan menerbitkan surat edaran (SE) Nomor 74 tahun 2021. Surat itu mengatur pintu masuk orang-orang yang tiba dari luar negeri. Termasuk juga para pekerja migran.

Kedatangan penumpang pesawat internasional dibatasi. Hanya boleh di dua bandara. Yaitu Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang dan Bandara Sam Ratulagi, Manado. Dengan begitu, tidak ada lagi para pekerja migran yang pulang lewat Bandara Juanda, Surabaya. Seluruh pekerja migran yang tiba pun akan dikarantina langsung di Jakarta.

”Mereka akan menjalani karantina dobel. Setelah dikarantina di Jakarta selama delapan hari, bakal dikarantina lagi di Asrama Haji,” ujar Dansatgas Pekerja Migran Jatim Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Suharyanto di Gedung Negara Grahadi, kemarin (18/9).

Untuk itu, bakal digelar penyekatan secara terbatas di jalur darat di titik-titik tertentu. Misalnya, di perbatasan antara Jatim dan Jateng, Ngawi. Di penyekatan itu akan dilakukan pengecekan. Pekerja migran yang masuk tanpa bukti pemeriksaan kesehatan lengkap bisa dicegah.

”Mereka akan langsung dibawa ke Asrama Haji Surabaya untuk di-swab test PCR dan karantina,” jelas Suharyanto. Menurutnya, karantina dobel itu tidak menyalahi SE Kemenhub. Itu dilakukan dalam rangka meningkatkan kewaspadaan. Terutama agar tidak kecolongan masuknya varian baru.

Sebab, kata Suharyanto, kepulangan pekerja migran berpusat pada dua bandara saja. Kemungkinan pasti membeludak. Sehingga para petugas bisa saja kewalahan. Durasi karantina di Asrama Haji pun diperkirakan hanya tiga hari. Begitu hasil swab menunjukkan negatif, para pekerja migran diizinkan pulang ke daerahnya masing-masing.

Gubernur Khofifah Indar Parawansa meminta agar penanganan kepulangan para pekerja migran itu harus lebih ekstra. Titik penyekatan harus ditambah. Terutama di jalur Kalimantan. Itu mengacu pada banyaknya pekerja migran Jatim dari Malaysia.

”Sebagian besar masa kontrak kerja mereka di sana sudah habis. Mereka biasanya dari Johor melewati Batam, Tanjung Pinang. Ada juga yang lewat Nunukan dan Siak. Bahkan juga lewat Medan,” ujarnyi.

Sehingga, titik perlintasan laut juga harus jadi fokus penyekatan. Pelabuhan menjadi bagian dari transit para pekerja migran. ”Ini yang harus terus kami koordinasikan dan komunikasikann dengan para gubernur,” jelas Khofifah.

Kepala UPT Pelayanan dan Perlindungan Tenaga Kerja Budi Raharjo mengatakan, seluruh jadwal kedatangan pesawat internasional dibatalkan. Itu berdasarkan kebijakan Kemenhub tentang bandara embarkasi kedatangan WNA/WNI.

Sejak Jumat (17/9) lalu, tidak ada penambahan pekerja migran yang tiba di Jawa Timur. Kedatangan terakhir pada Rabu (15/9) sebanyak 240 pekerja migran. Semuanya dari Malaysia dan Singapura.

”Dengan tidak adanya kedatangan lagi, jumlah pekerja migran yang dikarantina akan semakin berkurang,” tegasnya. Saat ini masih ada 1.767 pekerja migran yang dikarantina. Sebanyak 1.526 orang asal Jatim dan 52 orang non-Jatim di Asrama Haji. Dan 189 orang non-Jatim di asrama Ketintang.

PEKERJA MIGRAN asal Jember Mutmaninah, 45, bersiap meninggalkan Asrama Haji setelah menjalani karantina. (Foto: Rizal Hanafi-Harian Disway)

Namun, tingkat keterisian tempat tidur di Asrama Haji masih tinggi. Yakni mencapai 69,94 persen. Sedangkan di asrama Ketintang mencapai 48,96 persen atau setara 189 tempat tidur.

Sementara itu, pasien Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) masih didominasi oleh pekerja migran. Yang merupakan limpahan dari Asrama Haji. Kini total ada 284 pasien. Hanya 5 orang saja yang bukan pekerja migran. Begitu juga dengan RS lapangan BPWS Bangkalan. Kini diisi oleh 144 pasien. Seluruhnya merupakan pekerja migran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: