Belajar Otodidak, Perkakas Beli Sendiri

Belajar Otodidak, Perkakas Beli Sendiri

Aktivitas merakit robot plastik Gundam memiliki penggiat fanatik. Ada komunitas hingga level kota. Kegiatan yang dilakukan beragam. Termasuk mengadu kehebatan dalam merakit. Mark yang sudah merasa punya kemampuan pun mulai terbuka dengan kompetisi. Dimulai dengan perlombaan tingkat Surabaya dan nasional. Hingga akhirnya bisa ke level Piala Dunia.

Ajang bergengsi itu adalah Gundam Built World Cup (GBWC). Mark berambisi mengikutinya. Dimulai dengan mengikuti event seleksi GBWC 2017 tingkat kota. Ia sukses jadi juara. Dilanjutkan dengan seleksi tingkat nasional. Ia menjadi runner-up. Capaian yang luar biasa bagi remaja berusia 13 tahun.

Hasil tersebut belum membuatnya puas. Tak patah arang, Mark ikut lagi pada 2018. Kali ini ia berhasil menyingkirkan 400 peserta dari seluruh Indonesia. Ia pun resmi menjadi wakil Indonesia dalam GBWC World Championship 2018 yang diselenggarakan di Tokyo.

Perjalanan Mark ke Jakarta demi mengikuti seleksi tingkat nasional sejatinya tidak mulus. Gundam buatannya tergores. Catnya mengelupas akibat tekanan di dalam koper. Sementara ia terlanjur meninggalkan perlengkapan pewarnaan. Bagaimana mengatasinya? Mark memakai make-up sang bunda untuk memperbaiki robot.

 

Build Divers Fantasy

Dalam GBWC World Cup Championship, yang dipertandingkan adalah kreativitas peserta dalam menyusun robot Gundam bikinan sendiri. Mark memilih memakai apa yang sudah dibangun di kompetisi sebelumnya. Melucuti setiap detail adalah cara yang lebih aman dan mudah daripada mengirimnya dalam keadaan telah tersusun.

Begitu tiba di Jepang, Mark memulai dengan merakit ulang karyanya. Tidak boleh ada cela. Semua detail harus dibuat sebagus mungkin. Di sinilah ia mulai merasakan kendala. ’’Ada beberapa rangka gunpla yang sedikit retak karena kurang hati-hati saat pengecekan di bandara. Saya harus memperbaiki dengan mengelem dan mengecat ulang,’’ kenangnya.

Namun, dalam event itu, ia sukses memukau juri lewat model yang diberi nama Build Divers Fantasy. Model tersebut menampilkan sesosok makhluk meca berwarna abu-abu sedang menghunus pedang. Ia terbang di atas robot meca lainnya yang berwarna ungu, dengan ornamen hijau dan biru muda.

Kombinasi warna yang menarik membuat juri melayangkan pujian. Ia pun dinobatkan menjadi juara. Mengalahkan ratusan peserta 14 negara yang usianya lebih tua.

Ini adalah kali pertama peserta dengan usia belia mampu memanfaatkan ruang sehingga karakter memiliki struktur yang indah. Kombinasi warna bergradasi dengan efek metalik membuat karakter seakan hidup. Karya Mark berhasil mengombinasikan warna colorful pada bagian bawah dan monokrom pada bagian atas. Perpaduan itu tampak harmonis.

DETAIL Build Divers Fantasy karya Mark Alexander yang mengantar dirinya menjuarai GBWC 2018.
Komposisi warna istimewa dan detail-detailnya sukses memukau juri.

 

Berkat prestasi internasional itu, Mark tidak pernah menyesal menekuni perakitan gunpla. Meskipun, tantangannya juga banyak. Salah satu challenge terbesar, menurut Mark, adalah tentang waktu. Kalau dengan mood merakit, ia sampai begadang. Padahal, esok paginya masih harus sekolah.

Hal tersebut juga dirasakannya saat mengikuti perlombaan. Ia mengungkapkan, makin dekat hari H, justru makin banyak hal yang dirasa kurang. ’’Enggak tahu kenapa, deadline pengumpulan robot rakitan itu selalu dekat dengan UTS atau UAS. Sehingga bebannya bisa dobel. Harus dikebut sembari belajar semalam suntuk,’’ tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: