Operasi Jantung Hanya Butuh Tiga Hari Opname

Operasi Jantung Hanya Butuh Tiga Hari Opname

ONGKOS orang Indonesia untuk berobat ke luar negeri mencapai Rp 161 triliun per tahun. Mayoritas uang itu mengalir ke Singapura atau Malaysia. Kementerian Kesehatan sudah lama menggembar-gemborkan agar rumah sakit (RS) dalam negeri menangkap potensi itu.

Pengobatan penyakit berat seperti jantung, liver, paru hingga kanker paling banyak dicari di luar negeri. Jika RS bisa meyakinkan pasien untuk berobat dalam negeri, maka uang akan itu bakal berputar untuk perekonomian negeri sendiri. Di sisi lain, biaya pasien pun bisa lebih murah.

RS Premier Surabaya sudah mempersiapkan diri untuk ambil bagian. Operasi jantung jadi salah satu andalannya. Mereka sudah memiliki peralatan dan  tim spesialis untuk melakukan Minimally Invasive Cardiac Surgery (MICS) atau bedah jantung  minimal invasi.

Dalam sejarah, baru kali ini ada RS swasta di Surabaya yang bisa melakukannya. “RSAL dr Ramelan sudah 12 kali. Di  RSUD Soetomo tiga kali,” ujar Ketua Program Studi Pendidikan Spesialis Bedah Bedah Toraks Kardiovaskular (BTKV) Universitas Airlangga (Unair) dr Yan Efrata Sembiring di RS Premier Surabaya kemarin (27/9).

Pagi itu ia akan mengoperasi salah satu pasien yang mengalami gangguan pada katup mitral jantungnya. Katup itu berfungsi untuk membantu mengendalikan aliran darah dari atas ke ruang jantung bagian bawah.

Jika operasi dilakukan dengan cara konvensional, dada pasien harus dibelah. Ia harus membuat sayatan 20-30 centimeter tepat di tengah rongga dada. Tulang harus dibelah sampai jantung benar-benar terekspose.

Cara itu ternyata banyak dikeluhkan pasien. Ada yang mengalami infeksi pasca operasi, nyeri berlebihan di dada, proses recovery lama, hingga bekas luka atau scar yang mengganggu.

Dengan metode Minimally Invasive Cardiac Surgery (MICS) ia cuma perlu membuat sayatan sepanjang 10 centimeter. Otot di antara tulang rusuk akan dibelah agar peralatan dan kamera bisa masuk. “Tanpa memotong tulang,” ujarnya.

Proses recovery bakal semakin cepat. Pasien bisa pulang dalam waktu tiga hari. Masa tinggal di RS bisa dipangkas. Hal itu menjadi sangat penting karena RS menjadi sarang kuman dan virus. Terutama saat pandemi. Pada pasien perempuan, bekas sayatan bisa disembunyikan di lipatan payudara agar tidak terlihat.

RS Premier juga memiliki Heart Centre untuk memudahkan pelayanan pasien. Kata Yan, pelayanan terpadu inilah yang menjadi kekuatan Singapura dan Malaysia. Pasien tidak dipingpong. “Dokter gigi, paru, THT, laboratoriumnya jadi satu. Konsepnya mirip one stop shopping,” ujar dokter yang mempelajari Minimal Invasive Surgery di Lyon,Prancis itu.

Yan melihat Surabaya punya potensi besar dalam sektor Medical Tourism. Dokter-dokter muda akan banyak mempelajari teknik dan teknologi baru. Dengan begitu kita bisa menangani sendiri operasi-operasi berat tanpa bergantung luar negeri. “Dan pasien hari ini operasinya sudah tercover asuransi lho,” kata alumnus Unair angkatan 1999 itu.  (Salman Muhiddin)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: