Serial Dimaz Muharri (40-Habis): Siap Ikut IBL 2022 Asal Diizinkan DBL Academy

Serial Dimaz Muharri (40-Habis): Siap Ikut IBL 2022 Asal Diizinkan DBL Academy

Dimaz Muharri kini mengutamakan pekerjaannya sebagai Basketball Director DBL Academy. Tapi bukan berarti ia ingin pensiun dari basket profesional. Ia tetap membuka diri apabila ada klub yang ingin merekrutnya. Syaratnya satu: klub itu harus minta izin langsung ke DBL Academy.

---

SAAT bergabung dengan Louvre Surabaya pada IBL 2020, Dimaz cuti panjang sebagai pelatih di DBL Academy. Statusnya cuti di luar tanggungan. Selama cuti itu ia tidak dibayar. Louvre yang menanggung bayarannya selama cuti itu. Sayang, IBL 2020 tidak tuntas. Dihentikan karena pandemi Covid-19.

Louvre juga tidak ikut IBL 2021. Tim itu diakuisisi oleh Dewa United. Para pemain banyak yang hijrah ke klub lain. Daniel Wenas misalnya, bergabung ke Bali United. Dimaz tidak bergabung ke klub manapun. Ia memilih fokus menghadapi kasus hukumnya dengan CLS Knights.

Bagaimana dengan IBL 2020? Sampai saat ini, kata Dimaz, belum ada klub yang menghubunginya secara langsung. Namun beberapa pemain mengontaknya. Menanyakan apakah mau seandainya diajak bergabung.

"Saya sih mau-mau saja sebenarnya. Tapi klub itu harus meminta izin kepada DBL Academy," kata Dimaz.

Aktivitasnya di DBL Academy sudah cukup padat. Situasi pandemi Covid-19 sudah landai. Siswa DBL Academy sudah aktif lagi. Dimaz sudah fokus lagi menjalankan program latihan bagi anak-anak usia 7-15 tahun. Perannya di DBL Academy cukup central. Tidak mungkin disambi bermain di liga profesional.

Bila bergabung dengan klub profesional, tentu dia harus meninggalkan sementara DBL Academy seperti saat ikut IBL 2020 dulu. Sampai saat ini Dimaz masih rutin berlatih sendiri untuk menjaga performanya.

DIMAZ MUHARRI dan artis Dian Satrowardoyo di acara Basketball Clinic DBL di Mal Gandaria City, Jakarta. (Foto: DBL Indonesia)

Menurut Dimaz, ada yang menyarankan kepadanya untuk menjadi pelatih klub profesional. Modal lisensi B kepelatihan sudah ia miliki. Sebagai pemain profesional, otomatis ia berhak mendapat lisensi B kepelatihan. Namun itu memang belum cukup untuk menjadi pelatih klub IBL. "Saya ingin sih ikut kursus kepelatihan untuk meningkatkan lisensi," kata pemain asal Binjai, Sumatera Utara itu.

Selama ini Dimaz memang belum pernah ikut kursus kepelatihan apapun. Namun ia sudah banyak mendapat ilmu kepelatihan dari para pelatih dari Australia yang menjadi partnernya di DBL Academy. Selama ini DBL Academy memang menggunakan kurikulum dari World Basket Academy (WBA) Australia. Tim dari WBA secara rutin memberikan supervisi kepada Dimaz dan tim pelatih di DBL Academy.

Dimaz mendengar dari rekan-rekannya sesama pemain basket bahwa banyak klub yang masih kekurangan pemain. Dan ia termasuk yang diincar. Namun mereka masih ragu. Pertama karena Dimaz masih menghadapi kasus hukum. Kedua, takut bila bayaran Dimaz mahal. Maklum, kehadiran Dimaz selalu membawa magnet bagi penonton. Ia pemain yang punya banyak fans. Salah satu keahlian Dimaz yang ditakuti lawan adalah mencuri bola. Ia raja steal di NBL Indonesia. "Padahal bayaran saya itu cukup dua pasang sepatu," kelakar Dimaz.

KEBERSAMAAN Dimaz Muharri bersama istrinya, Selvia Wetty, dan anaknya, Akio. (Foto: Dokumentasi Dimaz Muharri)

Terkait kasus hukumnya dengan CLS Knights, Dimaz optimistis bisa menang di persidangan. Semua kewajiban kepada CLS Knights sudah diselesaikan Dimaz pada Desember 2015. Ia telah mengembalikan gaji dan uang kontrak yang diminta kembali oleh CLS. Walaupun sebenarnya waktu itu ia kecewa harus mengembalikan gaji. Sebab, sebelum mundur Dimaz sudah tampil di turnamen preseason IBL dan juga berlatih bersama CLS.

CLS Knights menggugat Dimaz untuk membayar Rp 396,3 juta. Itu adalah kompensasi karena Dimaz bergabung dengan klub basket profesional lain setelah mundur dari CLS. Padahal dengan CLS waktu itu, Dimaz terikat kontrak 2015-2017. Dan Dimaz bergabung dengan Louvre pada 2020. Tiga tahun setelah masa kontraknya habis dengan CLS.

Dimaz terjebak oleh surat yang disodorkan oleh CLS Knights. Judulnya Surat Pengakuan Utang. Dalam surat itu tertulis Dimaz memiliki utang Rp 396,3 juta kepada CLS Knights yang harus dibayar apabila ia bergabung dengan klub basket lain. Sayangnya, dalam surat itu tidak diatur sampai tahun berapa itu berlaku. Dimaz tidak membaca dengan teliti saat menandatangani. Sebab, penjelasan lisan General Manager CLS Knights Ferry Humardani saat itu menyebut hanya sampai 2017.

"Saya tidak punya utang sepeser pun. Jalan damai sudah saya tawarkan. Kini saya harus berjuang. Tidak hanya untuk saya tapi juga untuk seluruh pemain basket profesional di Indonesia," kata Dimaz. (Tomy C. Gutomo-Tamat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: