Dulu Dinantikan, Sekarang Dihentikan
SUDAH dua bulan ini ruang donor plasma konvalesen (PK) PMI Surabaya kosong. Enam mesin apheresis tidak difungsikan. Padahal, yang ingin donor plasma masih banyak. Terutama yang rutin dua pekan sekali.
Ketua Pelaksana Program Pendampingan Keluarga Pasien Covid-19 Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Radian Jadid seharusnya donor ke-15 pada Minggu (26/9). Ia sudah menghubungi pihak PMI Surabaya. ”Ternyata tidak bisa. Kantongnya tidak ada,” ujar pria asal Magetan itu.
Dua pekan sebelumnya, kabar tentang minimnya stok kantong plasma sudah terdengar. Jadid nyaris gagal mendonorkan plasmanya karena hari itu stok kantong tinggal hitungan jari. Hari itu salah seorang temannya juga ingin mendonorkan plasma. Namun, ia diminta kembali lain hari karena stok sudah habis.
Jadid tidak mengetahui mengapa PMI Surabaya tidak segera membeli kantong plasma. Sebab, saat ini adalah waktu panen bagi PMI. Pasien yang tertular pada Juni–Agustus kini memiliki tingkat imunitas yang tinggi. ”Apa karena stok plasma di kulkas sudah lebih dari seribu?” tanya alumnus Teknik Elektro PENS Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu.
Kabag Pelayanan dan Humas PMI Surabaya dr Martono Adi mengatakan, pengadaan kantong plasma dilakukan PMI pusat. Sudah dua pekan daerah tidak mendapat jatah kantong itu. ”Kami juga belum tahu sampai kapan,” ujar Martono.
Kantong plasma memang masih tergolong barang langka. Belum ada pabriknya di dalam negeri. Semuanya masih impor dari Tiongkok. Selain mahal, kantong plasma juga jadi rebutan hampir semua negara. Kantong yang sudah dipakai tidak bisa digunakan kembali. PMI membuangnya sebagai sampah medis.
Di sisi lain, stok plasma memang sedang melimpah. PMI Surabaya telah menampung 1.500 kantong plasma. Semuanya didapat dalam waktu satu setengah bulan.
Stok tersebut bisa digunakan untuk menghadapi serangan Covid-19 gelombang ketiga yang diprediksi datang pada libur Natal dan tahun baru nanti.
Plasma beku bisa disimpan selama satu hingga dua tahun. Rumah sakit bisa menggunakannya saat menangani pasien dengan komorbid yang berpotensi mengalami gejala berat. Transfer imun tersebut efektif diberikan saat kondisi pasien masih belum parah. Suntikan plasma akan membantu pasien melawan virus yang menyerang tubuhnya agar tidak berkembang lebih banyak. (Salman Muhiddin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: