Menanti Sabda Sabdo Palon

Menanti Sabda Sabdo Palon

Ketekunan dan kegigihan Legino Marto Wiyono sebagai pandhita Budda Jawi Wisnu membuahkan hasil positif. Budda Jawi Wisnu diakui sebagai kepercayaan terhadap Tuhan Yang Mahaesa. Semua siswa menjalani sembari menanti janji. Apa itu?

Sebuah terop berdiri dengan alas terpal memanjang. Beberapa orang berpakaian Jawa memenuhi sudut kanan dan kiri. Di tengah-tengah mereka berjajar meja berisi berbagai macam sajian. Sore itu (5/10), para penganut Budda Jawi Wisnu mengadakan kegiatan upacara sedekah bumi.

Beberapa dari mereka datang dari luar kota. Ikut upacara sekaligus menjalin silaturahmi bersama sesama siswa (sebutan untuk penganut Budda Jawi Wisnu, Red). Di tengah-tengah mereka, tampak Legino Marto Wiyono. Pandhita pusat itu memimpin kepercayaan tersebut secara organisasi.

Upacara sedekah bumi yang dipimpin Legino Marto Wiyono dihaturkan bagi Bathara Wisnu, Hyang Ismaya, hingga para leluhur. (Rizal Hanafi/Harian Disway)

Selain kalangan siswa, ada Ketua Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) Sudiro datang ke tempat dilangsungkannya upacara di rumah Legino, di Bratang Gede III-i. Sudiro mewakili penganut Sapto Darmo. Ia didampingi beberapa perwakilan MLKI. Ada Udjiono, pengurus kepercayaan Sukmo Sejati.

”Rahayu Romo Diro, Romo Udjiono. Silakan duduk,” ujar Legino menyambut tamu-tamunya. Mereka tampak senang memenuhi undangan untuk menyaksikan upacara yang diselenggarakan oleh saudara sesama penghayat kepercayaan.

Sebelum upacara dimulai, semua orang akrab berbincang. Ada Tjahja Tribinuka, dosen arsitektur ITS, siswa Budda Jawi Wisnu. ”Budda Jawi Wisnu telah masuk dalam daftar MLKI. Semua berkat Mbah Legino. Disahkan pada 2015 dengan nomor A016,” ujarnya.

Dalam pembicaraan, muncul pertanyaan tentang suksesor Legino sebagai pandhita pusat. Mengingat usianya yang telah sepuh, 78 tahun. Apakah Tjahja, seorang intelektual, atau yang lain? Menjawab pertanyaan tersebut, Legino menyebut bahwa suksesornya seorang siswa muda.

”Dia memegang jabatan dalam struktur pusat. Puasanya kuat, semadinya tak pernah terlewat, dan piawai berorganisasi. Sekarang, Budda Jawi Wisnu sedang didaftarkan pada Kemenkumham untuk urusan legalitas dan badan hukum,” ujar Legino berbisik kepada Harian Disway. ”Siapa namanya kelak akan tahu sendiri,” timpalnya, cepat.

Dijelaskan Legino, selain di Bratang Gede III-i kediaman Legino, Budda Jawi Wisnu punya dua sanggar lagi. Satu sanggar pamujan yang didirikan Andy Kristiantono, di daerah Lempung Tama. Satu lagi Padepokan Sukmo Limo yang dikelola Pandhita Arief Wijoyo, di Medokan Ayu.

Selain sebagai tempat pamujan atau pemujaan, di Padepokan Sukmo Limo sering diselenggarakan kegiatan berbau kesenian asli Nusantara dan diskusi. Termasuk pembelajaran mantra-mantra yang sudah digunakan oleh pemeluk Budda Jawi Wisnu semenjak ratusan tahun lalu.

Sekitar pukul 8 malam, upacara sedekah bumi baru dimulai. Semua orang bersila dengan posisi sedakhep saluku tunggal. Posisi tangan bersidekap dan bagian telapak kanan menyentuh lengan kiri. Sedangkan telapak kiri masuk ke dalam siku. Mereka memejamkan mata.

Ramah tamah antara penganut Budda Jawi Wisnu dan penganut kepercayaan lain dari Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) usai melaksanakan upacara sedekah bumi yang dipimpin Pandhita Legino Marto Wiyono dengan khidmat. (Rizal Hanafi/Harian Disway)

Para tamu dari kepercayaan lain dan beberapa perwakilan warga Bratang hening menghormati jalannya upacara. Meskipun berbeda keyakinan, warga setempat yang mayoritas Muslim memang sudah menerima keberadaan Legino sebagai penganut Budda Jawi Wisnu. Bahkan beberapa warga berjaga di gerbang masuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: