Vintage di Pertokoan

Vintage di Pertokoan

Jarak biasanya menjadi kendala menyulitkan dalam menyiapkan pernikahan. Terlebih sejak pandemi Covid-19. Ismaila Rosella dan Mohammad Arifin bisa menyusun semuanya dari jarak yang sangat jauh secara daring.

Mau apa dikata. Keduanya sama-sama kerja di Jakarta sementara orang tua dan mayoritas keluarga berdomisili di Malang dan Sidoarjo. ”Kami pacaran sejak awal pandemi. Memutuskan menikah pada Mei 2021. Setahun tersebut kan masih pandemi. Saya sama Mas Arif sulit sekali pulang. Sedangkan kedua orang tua minta acara diadakan di Jawa Timur karena semua saudara ada di sini,” cerita perempuan yang disapa Isma itu.

Komponen lain yang dipersiapkan tak lain adalah pre-wedding. Mereka sudah menyusun konsep matang sejak di Jakarta dengan mengusung tema vintage. Menampilkan keduanya seperti sedang berada di lokasi outdoor dengan properti serta pakaian ala ’1970an.

Tapi mereka baru bisa pulang sekitar dua minggu sebelum acara pernikahan. Isma sudah memahami betul kondisi tersebut. Sehingga dia sudah mempersiapkan diri dengan mencari vendor yang dibutuhkan. Hanya bermodal WhatsApp dan Instagram.

”Saya tulis dulu kebutuhannya apa. Lalu coba cari di Instagram untuk mencari tahu portofolionya. Kemudian tanya-tanya harga. Koordinasi pun cuman via telepon. Ngomongin konsep dan lain sebagainya. Kita bertemu itu langsung hari H,” kenang Isma.

Itulah yang dilakukannya saat menghubungi Panggih Sapta dari Pagipagi Fotografi. Konsep awal terbilang sangat sulit dilakukan. Terlebih kondisi belum begitu luwes karena pemerintah masih memberlakukan berbagai pengetatan. Alhasil, dipilihlah satu konsep utama namun tetap dengan nuansa yang kurang lebih serupa.

Panggih membawa keduanya ke kawasan pertokoan baru dengan desain bangunan ala Eropa klasik. Ia memanfaatkan koneksi dengan tim pengembang sehingga dapat memakainya sebagai venue. Dipilihlah sebuah persimpangan yang memperlihatkan nuansa bangunan agar lebih kolosal.

”Sesi foto itu dilaksanakan sore hari. Kami paginya masih harus kerja secara remote. Baru siang kami siap-siap melakukan persiapan pre-wedding,” ujar perempuan 28 tahun tersebut. Selain itu, keduanya melaksanakan sesi foto lain pada malam hari. Panggih menggunakan sejumlah strategi supaya hasilnya maksimal. Terutama permainan sorotan cahaya.

Keduanya berganti pakaian berwarna merah-hitam. Perpaduan ini dipilih dengan alasan warna merah merupakan favorit Isma dan Arif. Sesi kedua dilaksanakan lebih cepat karena keterbatasan waktu sehingga hanya sedikit stok foto yang didapatkan.

Segala pembatasan tersebut ditanggapi dengan bijak meskipun akhirnya tidak bisa melaksanakan foto pre-wedding secara normal. Setidaknya mereka sudah memiliki dokumentasi pada akhir masa lajang, sebelum mengarungi bahtera rumah tangga.

”Kalau dipikir sayang sih, saya merasa sayang dengan konsep awal. Tapi tak apa-apa. Itu cuma komponen pernikahan. Yang penting sekarang kami sudah bisa menjalani hidup berdua,” pungkas Isma. (Heti Palestina Yunani-Ajib Syahrian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: