Bangkrut dan Bangkit di Kala Pandemi ala Randy Permana

Bangkrut dan Bangkit di Kala Pandemi ala Randy Permana

Pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling keras dihajar pandemi Covid-19. Usaha kecil hingga yang besar gulung tikar. Travel agent pun tutup, karena tidak ada yang bepergian. Termasuk agen perjalanan milik Randy Permana. Menanggung utang ratusan juta, Randy dengan cepat bangkit dari keterpurukan.

 

BERTAHAN HIDUP. Itulah prinsip yang harus dipegang selama pandemi Covid-19 yak tak kunjung usai. Semangat survive, disertai prinsip bisa dipercaya dan amanah, menjadi kunci agar bisnis tetap berjalan di tengah situasi sulit. Kombinasi itu dipegang erat-erat oleh Randy Permana. Ketika bisnis agen wisatanya terpaksa tutup akibat pandemi.

’’Sempat habis-habisan sih waktu awal pandemi itu,’’ ungkap Randy.

Bagaimana tidak. Agen perjalanan itu dibangun dengan susah payah. Didirikan pada 2015. Waktu itu, prospek bisnis travel sedang bagus-bagusnya. Hobi traveling lagi hype. Travel blogger berhasil menggerakkan kaum urban berlibur ke mana-mana. Ditambah lagi, akomodasi makin terjangkau .

Meski travel agent juga menjamur, nama Randy di kalangan traveler Surabaya tetap melejit. Karena berhasil mengantarkan kliennya ke tempat-tempat yang diinginkan. Ia sudah memberangkatkan ratusan orang ke berbagai destinasi. Baik di dalam maupun luar negeri. Hingga bertahun-tahun berikutnya, agen perjalanan Randy terus menangguk untung dari para penghobi jalan-jalan.

FOTO WAJIB jika bepergian ke Singapura. Randy Permana (kanan) mendirikan travel agent, salah satunya, karena ia juga hobi jalan-jalan.

Namun, cerita indah itu tidak bisa lama-lama ia nikmati. Seperti kita ketahui bersama, pandemi tiba-tiba melanda dunia. Wabah muncul pada akhir 2019. Lalu menyebar ke seluruh Asia dan Eropa mulai Maret 2020. Kemudian meluas ke Amerika dan Australia.

Semua negara menerapkan lockdown. Perbatasan ditutup. Perjalanan antarnegara—bahkan antarkota—jadi sangat sulit. Jangankan tamasya. Perjalanan untuk keperluan bisnis dan pengobatan saja butuh izin khusus. Alhasil, dunia traveling mati total. Travel agent Randy menderita kerugian sampai Rp 200 juta.

Itu adalah uang pelanggan yang sudah kadung dibayarkan untuk membeli tiket dan akomodasi di tempat liburan. Namun, karena batal berlibur, otomatis harus segera ia kembalikan. Ia tidak mau membuat mereka menunggu. Padahal, kas juga sedang kosong.

’’Saya sampai utang ke bank untuk mengembalikan uang dari peserta travel saya. Agar mereka tidak rugi,’’ kata Randy. Selain itu, ada tujuan lain. ’’Harus dikembalikan dengan cepat, agar mereka melihat saya sebagai orang yang bertanggung jawab. Tapi mereka enggak perlu tahu kalau saya utang bank,’’ lanjut pria lulusan Universitas Narotama tersebut.

Selain meminjam uang dari bank, Randy juga sampai menjual. Demi me-refund dana pelanggan, serta utang ke kolega bisnis. Sebenarnya, ia punya opsi menunda pembayaran kepada koleganya. Toh mereka pasti memahami situasinya. Namun, ia tetap berusaha membayar secepat-cepatnya. Sebagai cara untuk menjaga relasi. Agar nanti bisa kembali bekerjasama, ketika kondisi sudah normal.

KELUARGA KECIL Randy Permana menjadi alasan dan motivasinya untuk terus bekerja keras. Saat bangkrut, ia harus segera bangkit.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: