Bangkrut dan Bangkit di Kala Pandemi ala Randy Permana

Bangkrut dan Bangkit di Kala Pandemi ala Randy Permana

 

Trust Building

Dengan sikap seperti itu, maka pelanggan maupun kolega bisnis Randy merasa tidak kecewa. Dan ketika ia membangun bisnis lagi, klien dan mitra usaha akan tetap datang kepadanya. Karena telah terbangun kepercayaan di antara mereka. Atau trust building.

’’Dari situ mereka merasa saya amanah. Saya bertanggung jawab. Dan ketika saya mencoba menjual apapun di saat pandemi. Dengan adanya trust building itu, mereka men-support sekali. Karena mereka sudah percaya,’’ papar Randy. ’’Kalau kita baik sama orang, maka hasilnya orang itu akan baik dengan kita,’’ simpulnya.

Setelah menutup agen perjalanannya, Randy mencoba mencari kesempatan usaha untuk bertahan hidup. Ia melihat peluang di awal pandemi Covid-19. Dengan menyediakan jasa penyemprotan disinfektan. Namun tidak bertahan lama. Karena banyak kampung maupun perumahan melakukan semprotan disinfeksi mandiri.

Dengan modal seadanya, ia lalu mencoba membuat bisnis kuliner bersama kawan lamanya. Ia memilih menu daging asap yang dipadukan dengan sambal khas serta nasi. Se’i Sapiku namanya. Penjualan kebanyakan dilakukan dengan sistem daring. Karena masyarakat belum berani keluar rumah. Dari situlah momentum kebangkitan Randy.

Kebetulan, tahun lalu memang masyarakat tiba-tiba menggandrungi sei sapi. Kebetulan juga, di Surabaya belum banyak yang menjual kuliner khas Nusa Tenggara Timur tersebut. Karena berkongsi dengan beberapa orang sekaligus, cabangnya cepat menyebar. Begitu sukses di Kota Pahlawan, mereka langsung memodifikasi bisnis menjadi model kemitraan.

Alhasil, saat ini warung sei itu sudah tersedia di beberapa kota. Pengelolaannya dipusatkan di Jakarta dan Surabaya. Sistem itu dijalankan agar lebih mudah diawasi. Serta agar produksinya lebih efektif.

Tak puas dengan hasil tersebut, pria berusia 29 tahun tersebut melihat peluang lainnya. Yakni kebutuhan gawai yang kian meningkat. Setelah pemerintah menjalankan program work from home dan school from home. Ibu-ibu maupun pekerja kantoran banyak yang tiba-tiba harus membeli laptop dan smartphone.

Pada akhir tahun lalu, ia membuka gerai seluler Ibros Store. Di sisi lain, Randy sekaligus ingin membantu para pekerja yang terkena pemberhentian akibat pandemi. Ketika membuka bisnis baru, maka ia dapat menyerap tenaga kerja baru. Dengan begitu, karyawannya bisa meningkatkan taraf hidup.

Dari dua bisnis tersebut, Randy mencoba memberi tahu masyarakat tentang salah satu strategi membangun bisnis. Pengusaha harus memiliki kepekaan terhadap apa yang dibutuhkan masyarakat. Zaman memang berubah terus. Namun, jangan lupa untuk terus membuka mata lebar-lebar terhadap segala sesuatu yang mungkin dapat membantu masyarakat dalam menjalani hidup.

’’Kita melihat apa sih, apa yang lagi ramai dijual. Apa sih market yang lagi tinggi. Apa sih yang memang orang-orang perlukan di era pandemi ini. Ya itu, kita jualan seperti itu,’’ tegasnya.

Di sisi lain, pria dengan dua buah hati tersebut mengakui bahwa bisnisnya bukanlah inovasi baru. Dirinya hanya menjalankan apa yang sebelumnya sudah biasa dilakukan orang-orang. Yang membuatnya berbeda adalah sistem serta penanganan konsumen yang lebih prima.

Randy juga berpesan kepada masyarakat agar tak selalu mengeluh. Ia mengajak untuk melihat peluang dari segala kondisi dan situasi. Ketika membuka usaha, maka harus bisa dipercaya dan amanah serta menerapkan prinsip ATM (Amati, Tiru, Modifikasi).

’’Jadi, amati peluang yang ada saat ini. Kita coba untuk meniru. Setelah meniru ini, minimal sudah standar. Nah, kalau sudah sama, baru kita modifikasi untuk jadi lebih baik,’’ pungkasnya. (Retna Christa-Ajib Syahrian)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: