Luncurkan Tim Asesmen, Bebaskan Iuran BPJS

Luncurkan Tim Asesmen, Bebaskan Iuran BPJS

Pandemi Covid-19 telah menelan banyak korban jiwa. Berdasar data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak, jumlah anak yang kehilangan orang tua di Jawa Timur terus bertambah.

AWAL Agustus, terhitung ada 5.082 anak yang orang tuanya meninggal akibat Covid-19. Data terakhir (18/10), jumlah itu naik menjadi 7.965 anak, baik yang yatim, piatu, maupun yatim-piatu.

Dari jumlah tersebut, Jatim menempati urutan pertama yang tertinggi. Menyusul kemudian Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dengan masing-masing jumlahnya di atas lima ribu. Psikolog Basilia Subiyanti Wilujeng menyarankan harus segera dilakukan pendampingan terhadap mereka.

“Pendampingan psikis untuk mereka itu sangat mendesak. Meminimalkan dampak psikososial yang berkepanjangan,” jelasnyi. Yang terpenting adalah menangani trauma mereka. Ditinggal orang-orang terdekat bukanlah hal mudah. Apalagi yang meninggal orang tua. Dan yang ditinggal masih anak-anak.

Maka, kata Lia, sapaan Basilia, bisa saja anak-anak segera menyesuaikan diri. Rasa sedih berkurang. Tetapi, kesedihan mereka sungguh sangat dalam. Artinya tidak bisa hilang dalam waktu dekat. Pada waktu tertentu, mereka mungkin sanggup menjalani hari tanpa beban. Namun, rasa kehilangan masih sangat nyata di lubuk hati mereka. 

Itulah yang bakal berpotensi memberi dampak pada pertumbuhan psikis mereka. Misalnya, mengalami masalah dengan gangguan emosional, kepercayaan diri, harga diri, dan penyesuaian diri. Lalu, bagaimana cara mendampingi mereka?

Menurut Lia, orang-orang terdekat menjadi faktor utama dalam masa pemulihan mereka. Sebab mereka bakal menjadi sumber rasa aman bagi anak-anak. Orang-orang terdekat harus senantiasa hadir secara fisik maupun emosional.

“Harus terus ikut memperhatikan dan menjaga rutinitas mereka,” ungkapnyi. Selain itu juga bisa mengusulkan aktivitas baru yang menyenangkan bagi mereka. Tujuannya agar melatih mereka pada pola hidup yang baru.

Komunikasi harus dibangun lebih intim. Yakni lebih sering mengajak bicara dari hati ke hati. “Sentuhan-sentuhan seperti itu akan membuat mereka tenang. Bisa melalui masa-masa traumatis,” papar Lia.

Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan (DP3AK) Jatim segera menentukan langkah. Yakni menangani nasib anak-anak tersebut. Di antaranya memberi pelayanan, pengasuhan, kesejahteraan sosial, hingga pendidikan mereka.

“Kami harus lakukan asesmen terlebih dulu. Akhir bulan ini kami kirimkan tim asesmen ke 10 kabupaten/kota,” ujar Sekretaris DP3AK Jatim Diana Rimayanti. Sebab, tinggal 10 kabupaten/kota itu saja yang belum diasesmen.

Ada 13 kabupaten/kota yang sudah mengasesmen sendiri melalui Dinas Sosial setempat. Sisanya tidak membutuhkan asesmen karena datanya sudah jelas. Misalnya, Surabaya. Jumlah nak-anak yatim, piatu, maupun yatim-piatu sudah terdata secara detail.

Asesmen itu penting untuk pelayanan administrasi kependudukan. Juga agar kondisi anak-anak itu diketahui secara gamblang. Sehingga bisa dirumuskan kebutuhan apa saja yang mendesak bagi mereka.

Misalnya, mengetahui kondisi pengasuhan mereka. Apakah diasuh keluarga besar atau tidak. Apabila belum ada keluarga yang mengasuh maka anak itu bakal ditangani secara intensif. “Jadi akan kami uji silang kondisi mereka seperti itu secara detail,” kata Diana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: