Komposer yang Juga Jurnalis dan Sastrawan
Lalu, kantor berita itu tutup karena masalah keuangan. Akhirnya, Soepratman berpindah ke majalah Sin Po. Yakni koran yang diterbitkan oleh orang-orang Tionghoa. Di sanalah ia mulai aktif mengikuti berbagai organisasi pergerakan pemuda.
Tulisan-tulisannya makin tajam dan berkualitas. Hingga menjadi catatan merah penguasa kolonial. Soepratman mulai menggali pola pikir dan cita-cita kemerdekaan yang diimpikan para pemuda. Jiwa nasionalismenya makin membara.
“Beliau juga punya karya cerita-cerita roman. Tentang aktivis anti-kolonial,” ujar Sisco. Salah satunya, berjudul Perawan Desa. Berasal dari mana pemikiran-pemikiran beliau?
Menurut Sisco, itu berangkat dari latar belakang Soepratman yang cukup beragam. Lahir di Purworejo yang menjadi pusat tentara kolonial yang bermacam-macam. Tidak hanya berasal dari Jawa dan luar Jawa. Bahkan ada yang dari Afrika Barat.
“Bahkan kakak iparnya itu tentara KNIL. Jadi latar belakang beliau sudah berwarna. Indonesia banget,” jelasnya. Kongres Sumpah Pemuda sungguh memberi dampak yang luar biasa. Di antaranya, lahir gerakan perempuan.
Tanpa Sumpah Pemuda, maka Hari Ibu 22 Desember mungkin akan lain ceritanya. Sebab, Kongres Sumpah Pemuda II masih terhubung dengan Kongres Perempuan Indonesia 1928. Selain itu, juga lahir Indonesia Muda. Yakni bersatunya organisasi kedaerahan.
Aktivis-aktivisnya kelak menjadi tokoh angkatan‘45. Namun, kata Sisco, tidak hanya itu. Kongres Sumpah Pemuda II juga melahirkan keluarga aktivis nasionalis. “Jadi, ada investasi jangka panjang disitu. Tidak hanya mereka yang hadir di kongres saja yang jatuh cinta, tetapi juga menular ke kakak adik mereka,” tandas sejarawan alumnus Universitas Negeri Malang itu. (Mohamad Nur Khotib)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: