Seluruh Jatim Alami Inflasi
SEBELUMNYA, Jawa Timur sempat mengalami deflasi pada periode year-on-year September 2021 sebesar 0,11 persen. Harga bahan-bahan pokok anjlok di pasar. Terbesar adalah komoditas telur ayam ras. Persentase perubahan harganya turun hingga 14,15 persen.
Namun, pada Oktober 2021 pasar mulai bergeliat. Tingkat inflasi periode month-to-month sebesar 1,39 persen. Sedangkan periode year-on-year sebesar 2,13 persen. Perubahan dari deflasi pada September 2021 menjadi inflasi pada Oktober 2021 terjadi karena beberapa faktor.
Salah satunya, pasar yang mulai bergeliat karena dampak pelonggaran kegiatan masyarakat. Yakni tepat saat Jatim masuk PPKM Level 1. ”Hukum permintaan dan penawaran atau aktivitas ekonomi mulai menggeliat,” terang Kepala Badan Pusat Statistik Jawa Timur Dadang Hardiwan dalam konferensi pers virtualnya, kemarin (1/11).
Indeks harga konsumen (IHK) di delapan kota di Jawa Timur semuanya mengalami inflasi. Kota Surabaya menjadi yang tertinggi sebesar 0,20 persen. Sementara inflasi terendah terjadi di Kabupaten Banyuwangi dan Sumenep masing-masing 0,02 persen.
“Ini terjadi karena adanya kenaikan harga yang cukup tinggi. Ditunjukkan oleh naiknya semua indeks kelompok pengeluaran,” ujar Dadang.
Terdapat 11 kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi. Tiga kelompok tertinggi adalah kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,52 persen. Diikuti kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,31 persen. Kemudian menyusul kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,15 persen.
Dan kelompok yang mengalami inflasi terendah adalah kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen. Selain itu, kata Dadang, kenaikan harga terjadi pada beberapa komoditas. Di antaranya, minyak goreng, rokok kretek filter, daging ayam ras, cabai merah, angkutan udara, jeruk, sop, bubur, beras, dan anggur.
“Ada beberapa komoditas yang menyumbang deflasi,” katanya. Misalnya, telur ayam ras turun -5,63 persen, tomat -22,40 persen, emas perhiasan -1,05 persen, apel -1,65 persen, pir -4,85 persen, kentang -2,64 persen, ayam hidup -1,52 persen, ikan mernying -33,29 persen, ikan tongkol -4,08 persen dan alpukat -6,92 persen.
Menurutnya, potensi IHK pada November hingga Desember nanti diperkirakan masih terjadi inflasi. Mengingat tren yang terjadi di akhir tahun-tahun sebelumnya. “Tren akhir tahun itu selalu terjadi inflasi. Karena adanya momen natal dan tahun baru sehingga permintaan barang ikut naik. Namun, mungkin tidak sama persis sebelum pandemi,” jelasnya. (Mohamad Nur Khotib)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: