Minim Vaksinasi, tapi Covid-19 Tetap Terkendali
INDONESIA kelabakan Juni-Juli lalu. Serangan gelombang kedua Covid-19 membuat fasilitas kesehatan di berbagai daerah lumpuh. Dua bulan setelahnya, kasus benar-benar menurun signifikan. Bisa dibilang sangat terkendali.
“Kira-kira mengapa bisa terkendali serentak? Tidak memandang daerah yang vaksinasinya tinggi atau rendah,” ujar Staf Ahli Kementerian Kesehatan RI dr Andani Eka Putra.
Padahal, terjadi ketimpangan vaksinasi antar daerah. Misalnya Jatim. Ada banyak kabupaten atau kota yang capaian target vaksinasinya sudah lebih dari 100 persen. Seperti Kota Surabaya dan Mojokerto. Di sisi lain pemerintah masih kesulitan mendorong vaksinasi masal di empat kabupaten di Madura.
“Kenapa di Surabaya yang vaksinasinya tinggi dan Madura yang masih rendah sama-sama terkendali sekarang?” lanjut dr Andani mengulangi pertanyaannya. Menurutnya ada dua cara bagi pemerintah daerah untuk menangani pandemi.
Pertama, vaksinasi agar masyarakat lebih kebal ketika tertular Covid-19. Cara ini sudah dilakukan. Namun, capaian vaksinasi antar daerah tidak sama. Ada kota yang warganya berebut vaksinasi, ada juga yang sangat sulit mencari target vaksinasi. Karena itulah TNI dan Polri ikut terjun. Mereka yang mencari target vakasinasi, tenaga kesehatan tinggal menyuntik.
Ada juga cara kedua. Tapi, itu sangat berisiko dan tidak disarankan: biarkan orang terinfeksi. Orang yang tertular Covid-19 memiliki sistem imun tubuh sendiri. Jika penularan mencapai 70 persen, penularan bisa terkontrol dengan sendirinya. “Kalau sudah 70 persen berhenti sendiri,” katanya.
Celaka jika ada kepala daerah yang memilih cara kedua itu. Taruhannya nyawa. Masyarakat yang tidak terproteksi vaksin punya kemungkinan meninggal lebih besar.
“Bahaya sekali kalau cara berpikirnya begitu. Jika besok muncul varian baru yang lebih mematikan, penanganannya bakal repot,” kata dokter kelahiran 15 Agustus 1972 itu.
Menurutnya, pemerintah pusat dan daerah sudah lebih fokus mempercepat vaksinasi ke semua wilayah. Sayangnya, kini masih banyak daerah yang masih berkutat memerangi hoax.
Sekjen Perhimpunan Sarjana Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) Rachmat Pua Geno sepakat dengan dr Andani. Vaksinasi masih menjadi kunci penanganan Covid-19.
Saat terjadi ledakan kasus Covid-19, rumah sakit di Surabaya menanggung beban pasien dari luar kota. “Kota yang penanganannya luar biasa akan runtuh juga jika daerah tetangganya tidak mengimbangi,” kata praktisi RS di Jaringan RS Muhammadiyah dan Aisyiyah itu.
Karena itulah vaksinasi harus merata. Begitu pula dengan pembangunan fasilitas kesehatan di setiap daerah.
Surabaya sempat tertahan di level 3 Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) karena vaksinasi di Bangkalan masih jauh dari target 50 persen. Untungnya pemerintah pusat mengeluarkan Surabaya dari wilayah aglomerasi Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan (Gerbang Kertasusila). “Sekarang Surabaya langsung masuk level 1. Yang lain masih 2,” lanjutnya.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Indonesia Wiku Adisasmito menyebutkan lima faktor yang mendorong pengendalian kasus Covid-19 di Indonesia semakin membaik. “Pertama, serangan gelombang kedua telah menumbuhkan kekebalan alamiah,“ ujarnya di Graha BPPB Selasa (2/11) malam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: