Minim Vaksinasi, tapi Covid-19 Tetap Terkendali

Minim Vaksinasi, tapi Covid-19 Tetap Terkendali

Kedua, capaian vaksinasi yang meningkat dalam waktu cepat. Ketiga, pembatasan kegiatan masyarakat yang disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. Keempat, pembatasan yang dilakukan antar negara. Kelima, pemulihan sektor sosial dan ekonomi dengan penuh kehati-hatian.

Apakah pandemi bisa berakhir dalam waktu dekat? Wiku belum bisa memprediksi. Tercatat 226 negara di dunia terdampak Covid-19, ada 246 juta orang terinfeksi, dan lebih dari 5 juta orang meninggal dunia. 

Menurutnya, status pandemi tidak akan berakhir saat dunia belum terbebas dari jeratan Covid-19. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tak akan mengubah status pandemi menjadi endemi sampai keadaan benar-benar terkendali dan obat Covid-19 sudah ditemukan.

“Yang berwenang mencabut status pandemi adalah WHO. Keputusannya merujuk pada jumlah negara yang terdampak,” ujar Wiku. Pemerintah Indonesia pun tunduk pada aturan tersebut. Apabila pandemi dinyatakan usai, maka pemerintah bakal mencabut status bencana nasional dan kedaruratan kesehatan masyarakat itu.

Menurutnya, Indonesia memiliki kontribusi signifikan dalam misi penuntasan pandemi Covid-19. Mengingat, Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. 

Apabila kasus Covid-19 bisa terus terkendali di negara berpenduduk besar, maka negara-negara lain bakal mengikuti. Pencabutan status pandemi bakal lebih cepat terlaksana.

Sebab, upaya yang tidak menyeluruh bakal berpotensi meningkatkan kasus. Seperti yang terjadi di beberapa negara tetangga. Yakni Vietnam, Singapura, dan Australia, yang porak poranda akibat serangan varian Delta. Meskipun capaian vaksinasinya sudah di atas 60 persen dosis lengkap.

“Ini mengartikan bahwa pembatasan mobilitas masyarakat dan capaian vaksinasi bukanlah solusi tunggal. Tetapi, yang lebih penting adalah disiplin terhadap protokol kesehatan,” kata Wiku.

Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo mengapresiasi capaian Jatim yang mencapai target nol kematian. Namun, ia kembali mengingatkan bahwa capaian harus ditingkatkan. Situasi bisa berbalik arah sewaktu-waktu saat ada varian baru yang menyerang. “Semua negara harus sama-sama mengupayakan agar pandemi jadi endemi,” ujar alumnus Fakultas Kedokteran Unair angkatan 1974 itu.

Windhu menyatakan bahwa itu bukanlah hal yang mustahil. Bisa terwujud sebagaimana pandemi-pandemi yang pernah dilalui oleh umat manusia periode sebelumnya. Caranya harus mempertahankan capaian nol kematian minimal selama 28 hari.

“Yang kedua, mencapai kekebalan kelompok dengan cakupan vaksinasi lebih banyak lagi. Agar jangan sampai kecolongan varian-varian baru seperti sebelumnya,” tegasnya. (Saman Muhiddin/Mohamad Nur Khotib)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: