Tatkala Eks Heiho Sumatera Membela Surabaya

Tatkala Eks Heiho Sumatera Membela Surabaya

Kisah heroik Kolonel Wiliater Hutagalung dan eks Pasukan Heiho akhirnya bisa ditampilkan dalam pertunjukan teatrikal kemarin (14/11). Komunitas Roodebrug Surabaya menyajikannya langsung di tempat kejadian: Benteng Kedung Cowek.

PESAWAT Amerika membombardir pangkalan militer Jepang di Asia Pasifik. Termasuk Indonesia. Pasukan Heiho bentukan Jepang yang dikirim ke front timur melihat semua kengerian itu. 

Jepang sudah kalah. Hiroshima dan Nagasaki hancur lebur oleh bom atom. Heiho dari Sumatera yang ada di Jawa bingung mau ke mana. Mereka bertahan di Surabaya ketika Jepang kalah di pengujung Perang Dunia II. 

Pasukan yang tersisa terpaksa memakan dedaunan dan buah-buahan liar untuk menyambung nyawa. Kolonel Wiliater Hutagalung menyaksikan dua rekannya tewas karena kelaparan.

Mereka mencoba melakukan sabotase namun ketahuan prajurit Jepang. Sembilan orang dibantai karena mencoba melawan. “Kawan-kawan kami dari Heiho dan Heitai jatuh bergelimpangan di sana-sini dan banyak yang tidak utuh. Ada yang tanpa kepala, ada yang hilang sebatas pinggang, ada yang hancur sama sekali,” tulis Wiliater dalam buku Autobiografi Letkol TNI (Purn) dr Wiliater Hutagalung.

Potongan tangan dan kaki bergelantungan di atas pohon. Wiliater yang menyaksikan itu, jadi ngeri sendiri.

Seorang Heiho dari Formosa atau Taiwan menawarinya daging untuk dimakan. Katanya itu daging kuda. Namun Wiliater curiga itu adalah daging manusia yang sudah menjadi mayat. Ia tak mau memakannya meski lambung sudah melilit.

Setelah Jepang tunduk di tangan sekutu, mereka menguasai Kedung Cowek yang dibangun Belanda. Wiliater mencoba mengumpulkan semua pasukan yang memiliki kemampuan mengoperasikan meriam yang banyak terpasang di benteng.  

Ia mengobarkan lagi semangat prajurit bentukan Jepang yang sudah kelaparan dan kelelahan itu. Upayanya berhasil. Pasukan mengambil keputusan yang luar biasa: ikut bertempur di Surabaya yang digeruduk pasukan sekutu dari udara, laut, dan darat.

Setelah melihat rekan mereka dibantai Jepang, mereka memutuskan untuk kembali berperang. Kali ini untuk bangsa sendiri: Indonesia.

Prajurit yang ada bermetamorfosis menjadi prajurit Batalyon Sriwidjaja. Nama itu dipilih agar pasukan selalu ingat leluhur mereka dari Sumatera. Sudah tak ada lagi Heiho pembela Negeri Matahari Terbit. 

Ada tiga tokoh penting dalam pasukan Sriwidjaja. Yakni Jansen Rambe, Anwar Batubara, dan Gumbreg. 

Sandy Setiawan memerankan Kolonel Wiliater sementara Kapten Rambey diperankan oleh Totok. Mereka bertempur sengit dengan tentara sekutu yang menyerang dari atas benteng.

Ledakan terjadi di sana sini. Asap membubung tinggi. Pasukan Indonesia yang memakai seragam cokelat muda mencoba melawan tentara Inggris yang berseragam hijau. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: