Gen Z Banjiri Angkatan Kerja, Yang Tua "Harus Nurut"
Pebisnis Tiongkok ’’dipaksa’’ untuk lebih akomodatif terhadap tuntutan karyawan yang berusia muda. Survei membuktikan bahwa generasi muda Negeri Panda itu mulai punya pengaruh besar di tempat kerja.
LALU, apa sejatinya yang dituntut anak-anak muda itu? Ada beberapa poin penting. Yakni, tempat kerja yang lebih fleksibel, rasa hormat dari atasan, gaji yang sesuai pekerjaan, kesempatan yang sama dengan karyawan yang lebih senior, serta pemimpin yang mau menepati janjinya.
Itulah hasil survei dari Zhaopin, situs lowongan pekerjaan di Tiongkok. Hasil survei itu sendiri akan diterbitkan secara resmi bulan depan.
Dengan makin banyaknya Generasi Z di lingkungan pekerjaan, hubungan kerja tradisional—saat karyawan harus patuh lahir batin dengan bos—sudah mulai berbalik. Para pekerja yang usianya baru berkepala dua tidak menginginkan itu.
Yang juga berubah adalah makin banyaknya lapangan pekerjaan. Sejak 2019, kementerian tenaga kerja Tiongkok telah merilis 50 jenis pekerjaan baru di seluruh industri. Sedangkan laporan Zhaopin pada 2020 menyebut bahwa ada 70 pekerjaan baru yang sudah dicantumkan di Meituan—aplikasi yang menyediakan berbagai layanan. Misalnya, pengiriman makanan hingga desainer ruang menyendiri.
Hal itu diungkapkan Zhaopin dalam sebuah seminar di Universitas Peking, Rabu (10/11). “Jika Gen Z tidak dihormati di satu perusahaan, atau nilai-nilai mereka tidak dapat dipenuhi, mereka dapat dengan mudah melompat karena mereka memiliki banyak pilihan lain,” kata Chen Long, seorang peneliti postdoctoral sosiologi di Universitas Peking.
Dikutip South China Morning Post, Chen mengatakan bahwa Generasi Z lebih rasional. Mereka tidak mau bekerja lembur. Ogah melakukan upaya ekstra tanpa bayaran ekstra. Juga tak mau menerima janji-janji kosong dari bos mereka.
Chen menyatakan bahwa Generasi Z lebih menghargai kebahagiaan. Mereka merasa bahwa ada banyak hal dalam hidup daripada sekadar bekerja. ’’Jadi, mereka tidak mau lagi menerima hal yang mereka anggap tidak adil. Mereka lebih mudah pindah-pindah pekerjaan,’’ tuturnya.
Ia mengibaratkan, kalau dulu—secara tradisional—para bos yang memecat pekerja, kini yang melakukan pemecatan ya kalangan Generasi Z itu.
PARA PEGAWAI BYTEDANCE berjalan di depan kantornya pada Juli. Sebagian besar dari mereka masih cukup muda.
(Foto: GREG BAKER-AFP)
Yao Yang, dekan Sekolah Pembangunan Nasional Universitas Peking, mengatakan bahwa para bos generasi lawas yang perlu beradaptasi. Bukan sebaliknya.
“Pembangunan masyarakat selalu didorong oleh generasi yang lebih baru. Dan generasi yang lebih tua pada akhirnya harus menyerah,” kata Yao.
Mengutip Mao Zedong, Yang mengatakan bahwa dunia adalah milik kaum muda dan kaum muda itulah yang akan memutuskan ke mana masyarakat akan bergerak.
Wang Shengtong, kepala divisi ketenagakerjaan di JD.Com juga merasakan bahwa generasi muda lebih menantang. Alih-alih duit, yang mereka cari adalah nuansa identitas dalam pekerjaan dan nuansa nilai.
Menurut Wang, mahasiswa mulai ogah melihat pameran lowongan pekerjaan. Justru perusahaanlah yang harus sebisa-bisanya menawarkan berbagai fasilitas, lingkungan kerja yang menarik, dan perhatian ketimbang sekadar janji kosong.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: