Membangkitkan Ekonomi Jatim
Tidak melulu agar mereka mau datang. Tapi juga berusaha memberikan pandangan bahwa penggiat pariwisata harus sudah mulai merencanakan program daring sebagai alternatif untuk wisata dari rumah. Inovasi tersebut juga sebagai bentuk gebrakan pascaterjadinya pandemi di mana manusia mulai menjalankan berbagai kebiasaan baru.
”Pemprov melalui Ibu Khofifah sudah membuat sebuah aplikasi bernama East Java Trip. Isinya berhubungan dengan semua hal yang berhubungan dengan pariwisata Jatim. Ayo dibantu dengan menyebarkannya kepada masyarakat supaya makin ramai diunduh,” ajaknya.
Pada akhir sesi, Abizar mencoba mengajak para semifinalis untuk berandai-andai. Program apa yang sekiranya akan dilaksanakan bila mereka saat ini menjabat sebagai pejabat daerah untuk menaikkan sektor pariwisata agar dapat kembali pulih. Tercatat ada tiga orang yang memberikan opininya.
Michael Santoso mengutarakan akan fokus ke objek wisata underrated. Sebut saja Bukit Teletubbies di Tulungagung, Rumah Hobbbit di Blitar, dan lain sebagainya. ”Pemerintah setempat sebetulnya sudah bikin gebrakan. Tapi rasanya masih kurang maksimal. Masyarakat pun masih banyak yang kurang peduli. Lubang ini yang harusnya diperbaiki,” sebutnya.
Para semifinalis Koko Cici 2021 yang hadir dalam pembekalan. Antusiasme terlihat karena nantinya mereka punya tugas sebagai duta pariwisata Jatim. (Ajib Syahrian Nor/Harian Disway)
Selanjutnya Cynthia Novent. Ia terinspirasi dari apa yang telah dilakukan Madiun, kota asalnya. Yaitu membuat sebanyak mungkin spot foto bagi wisatawan. Dengan begitu, mereka dapat secara sukarela mengunggah pengalaman seru ke media sosial sebagai bentuk promosi tambahan. ”Sama kalau bisa ada peraturan ketat terkait kebersihan. Hukumannya tegas bagi yang melanggar,” kata Cynthia.
Andrew Christian beda lagi. Ia ingin bikin kuis kecil-kecilan bagi masyarakat yang mengajukan visa kunjung ke luar negeri. Mereka harus bisa menyebutkan lima destinasi wisata lokal terlebih dahulu supaya izin berkunjungnya diterbitkan. Ini memaksa masyarakat untuk bisa mendalami wisata lokal meski sudah merencanakan pelesir ke luar negeri.
”Kalau tidak dipaksa, rasanya tidak akan bisa. Banyak yang lebih tertarik main ke luar negeri padahal di Indonesia ada banyak sekali tempat wisata. Bagaimana ini bisa maju dan ramai kalau impiannya selalu ke negeri orang?” tegas Andrew. (Heti-Ajib Syahrian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: